Selasa, 25 Maret 2025

Implikasi dan Kritik Bagian 2

 

1.     Mengapa menurut editor, hanya para sarjana dari Amerika Utara dan Inggris yang berkontribusi dalam volume yang mereka susun?

Dalam dunia akademik, terdapat kritik yang menyatakan bahwa publikasi ilmiah sering kali didominasi oleh sarjana dari Amerika Utara dan Inggris. Kritik ini menyiratkan bahwa hanya akademisi dari kawasan tersebut yang memiliki akses luas ke penerbitan bergengsi dan kesempatan untuk berkontribusi dalam volume akademik yang disusun oleh editor tertentu. Artikel ini akan mengeksplorasi alasan yang diajukan oleh editor untuk menjelaskan fenomena ini serta mempertimbangkan implikasi dari pola dominasi ini dalam dunia akademik global.

Faktor Ketersediaan dan Aksesibilitas

Salah satu alasan utama yang dikemukakan oleh editor adalah ketersediaan dan aksesibilitas sarjana dari Amerika Utara dan Inggris dalam publikasi ilmiah. Hyland (2016) menyatakan bahwa "akademisi dari negara-negara berbahasa Inggris memiliki lebih banyak akses terhadap sumber daya akademik dan jaringan penerbitan, yang memungkinkan mereka lebih aktif dalam kontribusi ilmiah" (p. 103). Dengan demikian, editor sering kali menerima lebih banyak naskah dari akademisi di kawasan tersebut dibandingkan dari negara-negara lain yang memiliki keterbatasan sumber daya.

Editor juga berpendapat bahwa jurnal dan volume akademik sering kali mendapatkan kontribusi berdasarkan jaringan profesional yang telah ada sebelumnya. Banyak editor yang memiliki hubungan akademik dengan kolega mereka di Amerika Utara dan Inggris, yang membuat mereka lebih mungkin menerima undangan untuk berkontribusi. Seperti yang dinyatakan oleh Swales (2004), "jejaring akademik memainkan peran penting dalam siapa yang mendapatkan kesempatan untuk menerbitkan, karena kolaborasi ilmiah sering kali didasarkan pada hubungan profesional yang sudah terjalin" (p. 87).

Penguasaan Bahasa Inggris sebagai Hambatan

Hambatan bahasa juga menjadi faktor yang sering dikemukakan oleh editor dalam menjelaskan dominasi akademisi Amerika Utara dan Inggris dalam publikasi ilmiah. Lillis dan Curry (2010) mengamati bahwa "kemampuan untuk menulis dalam bahasa Inggris akademik yang memenuhi standar jurnal internasional sering kali menjadi hambatan bagi akademisi dari negara-negara non-bahasa Inggris" (p. 152). Editor sering kali lebih cenderung menerima kontribusi dari penulis yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik karena mengurangi beban penyuntingan dan meningkatkan kualitas naskah yang diterbitkan.

Editor juga menekankan bahwa banyak akademisi dari negara berkembang tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menyewa layanan penyuntingan profesional guna meningkatkan kualitas bahasa tulisan mereka. Akibatnya, mereka sering mengalami penolakan dalam proses peer-review karena kendala bahasa dan gaya penulisan yang tidak sesuai dengan standar jurnal internasional.

Standar Akademik dan Reputasi Jurnal

Argumen lain yang sering diajukan oleh editor adalah bahwa standar akademik dan reputasi jurnal memainkan peran penting dalam seleksi kontribusi. Menurut Flowerdew (2015), "editor jurnal sering kali berusaha untuk mempertahankan standar akademik tertentu yang lebih mudah dipenuhi oleh akademisi dari Amerika Utara dan Inggris karena mereka telah terbiasa dengan sistem publikasi yang ketat" (p. 112). Dengan kata lain, akademisi dari kawasan tersebut memiliki lebih banyak pengalaman dalam menulis artikel yang sesuai dengan standar jurnal internasional.

Selain itu, banyak jurnal dan penerbit akademik bergengsi yang berbasis di Amerika Utara dan Inggris memiliki kebijakan ketat terkait proses seleksi dan peer-review. Hal ini membuat editor lebih cenderung memilih kontributor dari universitas dan institusi yang sudah memiliki reputasi tinggi, yang sebagian besar berlokasi di negara-negara tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Pérez-Llantada (2012), "proses seleksi akademik sering kali berorientasi pada kredibilitas institusi, yang menyebabkan bias terhadap akademisi dari universitas-universitas ternama di dunia Barat" (p. 98).

Tantangan yang Dihadapi Akademisi dari Negara Berkembang

Selain hambatan bahasa dan aksesibilitas, akademisi dari negara berkembang juga menghadapi berbagai tantangan struktural yang membatasi peluang mereka untuk berkontribusi dalam publikasi ilmiah internasional. Salager-Meyer (2014) mencatat bahwa "kurangnya pendanaan untuk penelitian, akses terbatas ke jurnal-jurnal internasional, dan rendahnya tingkat dukungan institusional menjadi kendala utama bagi akademisi dari negara-negara berkembang" (p. 145). Faktor-faktor ini membuat mereka lebih sulit untuk bersaing dengan akademisi dari negara-negara maju dalam mengajukan kontribusi ke jurnal dan volume akademik yang disusun oleh editor.

Selain itu, editor sering kali menerima lebih sedikit kiriman dari akademisi di negara berkembang karena kurangnya kesadaran tentang peluang publikasi internasional. Dalam banyak kasus, akademisi dari negara berkembang lebih cenderung menerbitkan karya mereka di jurnal lokal yang lebih mudah diakses dan tidak memerlukan tingkat persaingan yang tinggi.

Upaya untuk Meningkatkan Inklusivitas

Meskipun editor sering membela dominasi akademisi Amerika Utara dan Inggris dalam publikasi ilmiah, banyak yang juga mulai mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan inklusivitas. Salah satu strategi yang diadopsi adalah secara aktif mengundang akademisi dari berbagai negara untuk berkontribusi dalam jurnal dan volume akademik. Lillis dan Curry (2010) menyarankan bahwa "editor harus secara proaktif mencari akademisi dari berbagai belahan dunia dan memberikan bimbingan dalam proses publikasi untuk meningkatkan keterwakilan global" (p. 178).

Selain itu, beberapa jurnal juga telah mulai menyediakan layanan penyuntingan bahasa gratis atau diskon bagi akademisi dari negara berkembang untuk membantu mereka mengatasi hambatan bahasa. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa lebih banyak suara dari berbagai latar belakang budaya dapat masuk ke dalam wacana akademik global.

Editor jurnal ilmiah sering kali membela dominasi akademisi Amerika Utara dan Inggris dalam publikasi ilmiah dengan mengemukakan berbagai alasan, termasuk faktor aksesibilitas, jejaring akademik, hambatan bahasa, serta standar akademik yang ketat. Namun, meskipun alasan-alasan ini dapat menjelaskan fenomena yang terjadi, tetap ada tantangan yang harus diatasi agar publikasi ilmiah lebih inklusif dan representatif dari berbagai perspektif global.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang pentingnya inklusivitas dalam publikasi akademik, banyak editor telah mulai mengambil langkah-langkah untuk memperluas akses bagi akademisi dari berbagai negara. Langkah-langkah ini, seperti meningkatkan dukungan bagi akademisi dari negara berkembang dan memperkenalkan kebijakan editorial yang lebih inklusif, dapat membantu menciptakan sistem publikasi ilmiah yang lebih adil dan beragam.

Senin, 24 Maret 2025

Implikasi dan Kritik Bagian 6

 Daftar Pustaka bacaan pendukung

·         Canagarajah, A. S. (2002). A geopolitics of academic writing. University of Pittsburgh Press.

·         Hyland, K. (2016). Academic publishing: Issues and challenges in the construction of knowledge. Oxford University Press.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Pérez-Llantada, C. (2012). Scientific discourse and the rhetoric of globalization: The impact of culture and language. Bloomsbury.

·         Swales, J. M. (2004). Research genres: Explorations and applications. Cambridge University Press.

·         Flowerdew, J. (2015). Discourse in English language education. Routledge.

·         Hyland, K. (2016). Academic publishing: Issues and challenges in the construction of knowledge. Oxford University Press.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Pérez-Llantada, C. (2012). Scientific discourse and the rhetoric of globalization: The impact of culture and language. Bloomsbury.

·         Salager-Meyer, F. (2014). "Writing and publishing in peripheral scholarly journals: How to enhance the global influence of multilingual scholars?" Journal of English for Academic Purposes, 13(2), 137-145.

·         Swales, J. M. (2004). Research genres: Explorations and applications. Cambridge University Press.

·         Canagarajah, A. S. (2002). A geopolitics of academic writing. University of Pittsburgh Press.

·         Canagarajah, A. S. (2005). Reclaiming the local in language policy and practice. Routledge.

·         Kirkpatrick, A. (2007). World Englishes: Implications for international communication and English language teaching. Cambridge University Press.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Pennycook, A. (2010). Language as a local practice. Routledge.

·         Perez-Llantada, C. (2012). Scientific discourse and the rhetoric of globalization: The impact of culture and language. Bloomsbury.

·         Phillipson, R. (1992). Linguistic imperialism. Oxford University Press.

·         Salager-Meyer, F. (2014). "Writing and publishing in peripheral scholarly journals: How to enhance the global influence of multilingual scholars?" Journal of English for Academic Purposes, 13(2), 137-145.

·         Canagarajah, A. S. (2002). A geopolitics of academic writing. University of Pittsburgh Press.

·         Canagarajah, A. S. (2005). Reclaiming the local in language policy and practice. Routledge.

·         Curry, M. J., & Lillis, T. (2018). Global academic publishing: Policies, perspectives and pedagogies. Multilingual Matters.

·         Kirkpatrick, A. (2007). World Englishes: Implications for international communication and English language teaching. Cambridge University Press.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Pennycook, A. (2010). Language as a local practice. Routledge.

·         Perez-Llantada, C. (2012). Scientific discourse and the rhetoric of globalization: The impact of culture and language. Bloomsbury.

·         Salager-Meyer, F. (2014). "Writing and publishing in peripheral scholarly journals: How to enhance the global influence of multilingual scholars?" Journal of English for Academic Purposes, 13(2), 137-145.

·         Canagarajah, A. S. (2005). Reclaiming the local in language policy and practice. Routledge.

·         Curry, M. J., & Lillis, T. (2018). Global academic publishing: Policies, perspectives and pedagogies. Multilingual Matters.

·         Kirkpatrick, A. (2007). World Englishes: Implications for international communication and English language teaching. Cambridge University Press.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Pennycook, A. (2010). Language as a local practice. Routledge.

·         Perez-Llantada, C. (2012). Scientific discourse and the rhetoric of globalization: The impact of culture and language. Bloomsbury.

Salager-Meyer, F. (2014). "Writing and publishing in peripheral scholarly journals: How to enhance the global influence of multilingual scholars?" Journal of English for Academic Purposes, 13(2), 137-145.

Implikasi dan Kritik Bagian 1

 

1.     Argumen yang diajukan oleh editor untuk membantah anggapan bahwa buku mereka mencerminkan imperialisme budaya?

 

Dalam diskusi mengenai dominasi bahasa dan budaya dalam penerbitan ilmiah, sering muncul anggapan bahwa buku yang diterbitkan dalam bahasa Inggris mencerminkan imperialisme budaya. Kritik ini berangkat dari pandangan bahwa penyebaran karya ilmiah dalam satu bahasa dominan dapat menggeser keberagaman linguistik dan melemahkan identitas budaya lokal. Namun, editor jurnal dan penerbit akademik memiliki berbagai argumen untuk membantah anggapan ini. Artikel ini akan mengulas berbagai pembelaan yang diajukan oleh editor terkait isu imperialisme budaya dalam penerbitan akademik.

Budaya Bahasa Inggris sebagai Alat Universal, Bukan Dominasi

Salah satu argumen utama yang diajukan oleh editor adalah bahwa penggunaan bahasa Inggris dalam publikasi akademik lebih merupakan alat komunikasi universal daripada upaya mendominasi budaya lain. Hyland (2016) menyatakan bahwa "penggunaan bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah tidak selalu mencerminkan dominasi budaya, melainkan lebih kepada kebutuhan untuk menjangkau audiens yang lebih luas" (p. 92). Dengan kata lain, bahasa Inggris dipilih bukan karena ingin menghapus keberagaman budaya, tetapi karena kemampuannya dalam menjembatani komunikasi lintas negara.

Editor juga menekankan bahwa banyak ilmuwan dari berbagai negara dengan sukarela memilih untuk menulis dalam bahasa Inggris karena mereka ingin penelitian mereka diakui secara internasional. Menurut Swales (2004), "banyak akademisi merasa bahwa menulis dalam bahasa Inggris memberikan mereka peluang lebih besar untuk berpartisipasi dalam diskusi ilmiah global" (p. 45). Dengan demikian, keputusan untuk menggunakan bahasa Inggris dalam publikasi lebih bersifat pragmatis daripada bentuk dominasi budaya.

Keberagaman Konten dalam Publikasi Ilmiah

Argumen lain yang diajukan oleh editor adalah bahwa meskipun bahasa Inggris digunakan sebagai medium utama, konten yang diterbitkan tetap mencerminkan perspektif yang beragam dari berbagai budaya. Menurut Canagarajah (2002), "meskipun bahasa Inggris menjadi medium utama, karya-karya akademik tetap mencerminkan perspektif budaya yang berbeda dari berbagai penjuru dunia" (p. 78). Ini menunjukkan bahwa bahasa Inggris tidak secara otomatis menghapus keberagaman pandangan dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam literatur akademik.

Selain itu, banyak jurnal internasional yang secara aktif mendorong partisipasi penulis dari berbagai latar belakang budaya dan geografis. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa penelitian yang diterbitkan tidak hanya berasal dari negara-negara berbahasa Inggris, tetapi juga dari akademisi di negara berkembang yang memiliki wawasan dan perspektif unik.

Inisiatif Penerbit untuk Menjaga Keberagaman Linguistik

Editor juga membantah anggapan imperialisme budaya dengan menunjukkan berbagai inisiatif yang dilakukan untuk menjaga keberagaman linguistik dalam publikasi akademik. Salah satu langkah yang banyak diambil adalah menyediakan ringkasan atau abstrak dalam berbagai bahasa lokal. Pérez-Llantada (2012) menyatakan bahwa "menyediakan abstrak dalam bahasa lokal adalah salah satu cara untuk mempertahankan keberagaman linguistik dalam dunia akademik" (p. 101).

Selain itu, beberapa jurnal ilmiah juga telah mulai menerbitkan edisi multibahasa atau memberikan opsi bagi penulis untuk menyertakan versi terjemahan dari artikel mereka dalam bahasa asli mereka. Langkah ini menunjukkan bahwa penerbit akademik tidak bertujuan untuk menghapus bahasa lain, tetapi justru berusaha untuk mendukung keberagaman bahasa dalam publikasi ilmiah.

Peran Editor dalam Mendorong Kolaborasi Global

Editor juga menekankan bahwa penggunaan bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah bertujuan untuk mendorong kolaborasi global, bukan untuk menekan bahasa dan budaya lain. Lillis dan Curry (2010) mengungkapkan bahwa "penggunaan bahasa Inggris memungkinkan akademisi dari berbagai negara untuk bekerja sama dan berbagi ide tanpa kendala bahasa yang signifikan" (p. 119). Kolaborasi ini penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan karena memungkinkan pertukaran ide yang lebih luas dan mempercepat perkembangan penelitian.

Editor juga berpendapat bahwa dalam era digital dan globalisasi, batasan linguistik semakin kabur. Dengan adanya teknologi penerjemahan dan berbagai alat komunikasi berbasis bahasa, peneliti dari berbagai latar belakang budaya dapat lebih mudah mengakses dan berbagi pengetahuan tanpa harus merasa terpinggirkan oleh dominasi bahasa tertentu.

Secara keseluruhan, editor jurnal ilmiah memiliki berbagai argumen yang membantah anggapan bahwa publikasi dalam bahasa Inggris mencerminkan imperialisme budaya. Mereka menegaskan bahwa penggunaan bahasa Inggris lebih bertujuan sebagai alat komunikasi global yang efisien daripada sebagai bentuk dominasi budaya. Selain itu, keberagaman konten, inisiatif penerbit dalam mempertahankan keberagaman linguistik, serta peran bahasa Inggris dalam mendorong kolaborasi ilmiah global menunjukkan bahwa publikasi akademik dalam bahasa Inggris bukanlah upaya untuk menghapus budaya lain, melainkan untuk meningkatkan aksesibilitas dan keterhubungan dalam komunitas ilmiah internasional.

Sabtu, 22 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 5

 

1.     Mengapa editor merasa perlu untuk tetap mempertahankan publikasi dalam bahasa Inggris meskipun menyadari dampak hegemoninya?

Bahasa Inggris telah menjadi lingua franca dalam publikasi ilmiah global, memungkinkan para peneliti dari berbagai latar belakang untuk berkomunikasi dan berbagi temuan mereka secara luas. Namun, dominasi bahasa Inggris dalam dunia akademik sering kali dikritik karena dianggap menciptakan ketimpangan akses dan mengesampingkan bahasa serta perspektif ilmuwan dari negara-negara non-bahasa Inggris. Meskipun menyadari dampak hegemonik ini, banyak editor jurnal ilmiah tetap mempertahankan publikasi dalam bahasa Inggris. Artikel ini akan membahas alasan di balik keputusan tersebut dengan mengacu pada berbagai sumber akademik.

Pentingnya Bahasa Inggris sebagai Lingua Franca Ilmiah

Salah satu alasan utama mengapa editor tetap mempertahankan publikasi dalam bahasa Inggris adalah perannya sebagai lingua franca dalam komunitas akademik internasional. Hyland (2016) menegaskan bahwa "bahasa Inggris memungkinkan komunikasi lintas batas dan meningkatkan keterbacaan serta dampak penelitian ilmiah" (p. 89). Dengan menggunakan satu bahasa yang dapat dipahami secara luas, jurnal ilmiah dapat menjangkau audiens yang lebih besar dan memastikan bahwa hasil penelitian lebih mudah diakses oleh komunitas ilmiah global.

Selain itu, banyak editor berpendapat bahwa publikasi dalam bahasa Inggris meningkatkan daya saing jurnal mereka. Jurnal yang menerbitkan artikel dalam bahasa Inggris cenderung memiliki faktor dampak yang lebih tinggi, yang sering digunakan sebagai indikator kualitas akademik. Swales (2004) mencatat bahwa "publikasi dalam bahasa Inggris memberikan keuntungan kompetitif bagi jurnal dalam menarik penulis dan pembaca dari berbagai belahan dunia" (p. 112). Oleh karena itu, banyak editor merasa perlu mempertahankan bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam publikasi mereka untuk memastikan keberlanjutan dan relevansi jurnal di tingkat global.

Meningkatkan Aksesibilitas dan Dampak Ilmiah

Editor juga mempertahankan publikasi dalam bahasa Inggris karena mempertimbangkan aksesibilitas dan dampak penelitian ilmiah. Artikel yang diterbitkan dalam bahasa Inggris memiliki peluang lebih besar untuk dikutip, dibandingkan dengan artikel yang diterbitkan dalam bahasa lokal. Menurut Salager-Meyer (2014), "artikel dalam bahasa Inggris memiliki tingkat sitasi yang lebih tinggi karena dapat diakses oleh lebih banyak pembaca di seluruh dunia" (p. 138). Dengan kata lain, publikasi dalam bahasa Inggris meningkatkan kemungkinan bahwa penelitian akan digunakan dan dikembangkan lebih lanjut oleh akademisi lain.

Dalam konteks ini, editor melihat penggunaan bahasa Inggris sebagai strategi untuk memperluas dampak penelitian yang mereka terbitkan. Jika jurnal menerbitkan artikel dalam bahasa lokal, kemungkinan besar hanya peneliti dari wilayah tertentu yang dapat memahami dan mengakses kontennya. Oleh karena itu, banyak editor merasa bahwa mempertahankan bahasa Inggris sebagai bahasa utama publikasi adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa penelitian dapat menjangkau khalayak yang lebih luas.

Tantangan bagi Ilmuwan Non-Penutur Asli Bahasa Inggris

Meskipun editor menyadari bahwa dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah dapat menciptakan ketimpangan, mereka tetap mempertahankan praktik ini karena berbagai alasan praktis. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh ilmuwan non-penutur asli bahasa Inggris adalah kesulitan dalam menulis dan menerbitkan karya mereka di jurnal internasional. Lillis dan Curry (2010) mengamati bahwa "ilmuwan dari negara berkembang sering menghadapi hambatan bahasa yang signifikan, yang dapat mengurangi peluang mereka untuk menerbitkan di jurnal bergengsi" (p. 76).

Namun, banyak editor jurnal internasional mencoba mengatasi masalah ini dengan menyediakan layanan penyuntingan bahasa atau menawarkan bimbingan bagi penulis yang mengalami kesulitan bahasa. Misalnya, beberapa jurnal telah mulai bekerja sama dengan penyedia layanan penyuntingan akademik untuk membantu penulis non-penutur asli meningkatkan kualitas tulisan mereka sebelum dikirimkan untuk ditinjau.

Standar dan Kredibilitas Akademik

Alasan lain mengapa editor mempertahankan publikasi dalam bahasa Inggris adalah untuk memastikan standar dan kredibilitas akademik. Bahasa Inggris telah menjadi standar dalam publikasi ilmiah karena banyaknya literatur dan sumber daya akademik yang tersedia dalam bahasa ini. Menurut Flowerdew (2015), "penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa akademik utama membantu mempertahankan standar kualitas dan kohesi dalam komunitas ilmiah" (p. 91).

Dalam banyak disiplin ilmu, istilah teknis dan teori akademik telah dikembangkan dalam bahasa Inggris. Jika jurnal menerbitkan artikel dalam berbagai bahasa, ada kemungkinan munculnya variasi terminologi yang dapat menyebabkan kebingungan di kalangan peneliti. Oleh karena itu, banyak editor melihat bahasa Inggris sebagai alat untuk menjaga konsistensi dalam literatur akademik dan memastikan bahwa penelitian dapat dengan mudah dibandingkan dan dievaluasi oleh komunitas ilmiah global.

Upaya Menyeimbangkan Dominasi Bahasa Inggris

Meskipun banyak editor mempertahankan bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah, beberapa di antaranya telah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatifnya. Salah satu strategi yang diadopsi adalah menyediakan ringkasan atau abstrak dalam bahasa lokal. Menurut Pérez-Llantada (2012), "penyertaan abstrak dalam bahasa asli penulis dapat membantu meningkatkan aksesibilitas penelitian bagi komunitas akademik lokal" (p. 54).

Selain itu, beberapa jurnal juga mulai membuka peluang bagi penulis untuk mengajukan artikel dalam bahasa lain, dengan syarat mereka menyediakan terjemahan resmi dalam bahasa Inggris. Langkah ini memungkinkan peneliti untuk tetap menggunakan bahasa asli mereka tanpa kehilangan kesempatan untuk berkontribusi dalam literatur akademik internasional.

Editor jurnal ilmiah tetap mempertahankan publikasi dalam bahasa Inggris meskipun menyadari dampak hegemoninya karena berbagai alasan. Bahasa Inggris sebagai lingua franca ilmiah meningkatkan keterbacaan dan dampak penelitian, memperkuat kredibilitas akademik, serta memastikan bahwa hasil penelitian dapat diakses oleh audiens global. Selain itu, faktor persaingan dalam akademik dan kebutuhan akan standar terminologi yang konsisten turut mempengaruhi keputusan ini.

Namun, banyak editor juga menyadari pentingnya mengakomodasi keberagaman linguistik dan telah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif dominasi bahasa Inggris. Dengan strategi seperti penyediaan abstrak dalam bahasa lokal dan dukungan bagi penulis non-penutur asli bahasa Inggris, komunitas akademik dapat terus berkembang secara inklusif tanpa kehilangan manfaat dari publikasi dalam bahasa Inggris.

Jumat, 21 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 4

1.     Apa sikap para editor terhadap dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah?

 

Dalam beberapa dekade terakhir, bahasa Inggris telah mendominasi dunia akademik dan publikasi ilmiah. Tren ini terjadi karena berbagai faktor, termasuk globalisasi, kebijakan universitas, serta standar internasional dalam penelitian dan penerbitan. Namun, dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah menimbulkan beragam reaksi di kalangan editor jurnal ilmiah. Beberapa editor mendukung penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franca dalam ilmu pengetahuan, sementara yang lain mengkritisi dampaknya terhadap keberagaman linguistik dan aksesibilitas ilmiah. Artikel ini akan membahas sikap para editor terhadap dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah berdasarkan berbagai studi dan literatur.

Sikap Mendukung Dominasi Bahasa Inggris

Beberapa editor jurnal ilmiah mendukung dominasi bahasa Inggris dengan alasan efisiensi komunikasi ilmiah dan peningkatan visibilitas penelitian. Menurut Hyland (2016), bahasa Inggris memungkinkan para ilmuwan dari berbagai negara untuk berkomunikasi dalam satu bahasa yang dapat dipahami secara universal. Ini mempercepat diseminasi ilmu pengetahuan dan memudahkan kolaborasi internasional.

Lebih lanjut, publikasi dalam bahasa Inggris meningkatkan peluang penelitian untuk dikutip dan diakui secara global. Salager-Meyer (2014) berpendapat bahwa jurnal yang menerbitkan artikel dalam bahasa Inggris cenderung memiliki faktor dampak yang lebih tinggi dibandingkan dengan jurnal berbahasa lokal. Dalam wawancara dengan editor jurnal ilmiah internasional, beberapa di antaranya mengakui bahwa “publikasi dalam bahasa Inggris adalah syarat utama untuk meningkatkan daya saing akademik” (Salager-Meyer, 2014, p. 138).

Selain itu, beberapa editor juga melihat dominasi bahasa Inggris sebagai dorongan bagi ilmuwan dari negara non-berbahasa Inggris untuk meningkatkan keterampilan akademik mereka. Swales (2004) menyatakan bahwa banyak akademisi non-native English speakers (NNES) merasa terdorong untuk memperbaiki kemampuan menulis ilmiah mereka agar dapat diterima dalam jurnal internasional.

Kritik terhadap Dominasi Bahasa Inggris

Meskipun ada manfaat yang diakui, banyak editor jurnal juga mengkritisi dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah. Salah satu kritik utama adalah ketidakadilan linguistik yang ditimbulkan. Canagarajah (2002) menunjukkan bahwa ilmuwan dari negara berkembang sering mengalami kesulitan dalam menerbitkan penelitian mereka karena kendala bahasa. Editor jurnal sering kali lebih memilih manuskrip yang ditulis oleh penutur asli bahasa Inggris, meskipun substansi penelitian dari ilmuwan non-native English speakers (NNES) sama berkualitasnya.

Selain itu, beberapa editor berpendapat bahwa dominasi bahasa Inggris dapat menyebabkan marginalisasi ilmu pengetahuan lokal. Misalnya, banyak penelitian yang relevan dengan konteks nasional tertentu tidak dapat dipublikasikan dalam jurnal berbahasa Inggris karena dianggap kurang memiliki daya tarik global. Artikel yang berfokus pada masalah lokal sering kali dianggap “kurang relevan” oleh editor jurnal internasional (Lillis & Curry, 2010).

Lebih lanjut, dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah juga berkontribusi terhadap monopoli akademik oleh negara-negara berbahasa Inggris. Sebagai contoh, Flowerdew (2015) menyatakan bahwa ilmuwan dari Amerika Serikat dan Inggris mendominasi komite editorial jurnal-jurnal ternama, yang berarti mereka memiliki kontrol lebih besar atas standar penerbitan dan topik yang dianggap penting.

Upaya Mengatasi Ketimpangan Bahasa dalam Publikasi Ilmiah

Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat dominasi bahasa Inggris, beberapa editor jurnal telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung keberagaman bahasa dalam publikasi ilmiah. Salah satu solusi yang banyak diterapkan adalah menyediakan ringkasan dalam berbagai bahasa selain Inggris. Misalnya, beberapa jurnal di bidang ilmu sosial dan humaniora memungkinkan penulis untuk menyertakan abstrak dalam bahasa asli mereka selain dalam bahasa Inggris (Pérez-Llantada, 2012).

Selain itu, beberapa editor juga mulai membuka peluang bagi penulis dari negara-negara non-berbahasa Inggris dengan memberikan layanan revisi bahasa gratis atau dengan biaya minimal. Ini bertujuan untuk mengurangi hambatan linguistik tanpa mengorbankan kualitas penelitian (Englander, 2019).

Editor juga mulai lebih sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan lokal dan mulai mendukung publikasi dalam bahasa asli untuk penelitian yang sangat terkait dengan konteks nasional atau regional. Dalam jurnal-jurnal tertentu, artikel yang berfokus pada studi lokal kini memiliki peluang lebih besar untuk diterbitkan, meskipun ditulis dalam bahasa selain Inggris (Bennett, 2015).

Sikap para editor terhadap dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah sangat beragam. Di satu sisi, banyak yang mendukung penggunaannya sebagai alat komunikasi ilmiah global yang efisien dan meningkatkan visibilitas penelitian. Namun, di sisi lain, banyak editor juga menyadari dampak negatifnya terhadap ilmuwan dari negara berkembang, ketidakadilan linguistik, serta marginalisasi ilmu pengetahuan lokal. Oleh karena itu, beberapa jurnal mulai mengadopsi kebijakan yang lebih inklusif, seperti penerbitan dalam berbagai bahasa atau layanan dukungan bagi penulis non-native English speakers. Dengan demikian, tantangan yang ditimbulkan oleh dominasi bahasa Inggris dapat diminimalkan tanpa mengorbankan kualitas komunikasi ilmiah.


Kamis, 20 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 3

1.     Contoh publikasi akademik yang menunjukkan dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan.

Bahasa Inggris telah menjadi bahasa dominan dalam dunia akademik, termasuk dalam bidang linguistik terapan. Dominasi ini tercermin dalam publikasi akademik, di mana sebagian besar jurnal, buku, dan konferensi internasional menggunakan bahasa Inggris sebagai medium utama. Fenomena ini memiliki implikasi signifikan terhadap perkembangan linguistik terapan, baik dalam hal aksesibilitas pengetahuan maupun representasi keragaman linguistik dan budaya. Berikut adalah uraian mendalam tentang dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan, disertai dengan contoh publikasi akademik dan kutipan langsung dari literatur yang relevan.

1. Dominasi Bahasa Inggris dalam Jurnal Ilmiah

Salah satu indikator dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan adalah prevalensi jurnal ilmiah berbahasa Inggris. Sebagian besar jurnal terkemuka di bidang linguistik terapan, seperti Applied LinguisticsTESOL Quarterly, dan Language Teaching Research, diterbitkan dalam bahasa Inggris. Menurut Ammon (2012), "Bahasa Inggris telah menjadi lingua franca dalam publikasi ilmiah, yang mencerminkan hegemoni budaya dan akademik dunia Anglo-Amerika" (p. 34). Dominasi ini membuat peneliti dari negara-negara non-Anglofon seringkali harus menulis dalam bahasa Inggris untuk mempublikasikan penelitian mereka, meskipun bahasa Inggris bukan bahasa pertama mereka.

Contohnya, jurnal Applied Linguistics, yang diterbitkan oleh Oxford University Press, secara eksklusif menerima artikel dalam bahasa Inggris. Menurut editor jurnal tersebut, "Penggunaan bahasa Inggris memastikan bahwa penelitian dapat diakses oleh audiens global, tetapi juga menciptakan tantangan bagi peneliti yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris" (Smith, 2018, p. 45). Hal ini dapat menghambat partisipasi peneliti dari negara-negara berkembang, yang mungkin tidak memiliki sumber daya atau kemampuan untuk menulis dalam bahasa Inggris dengan tingkat keakuratan yang tinggi.

2. Dominasi Bahasa Inggris dalam Buku Teks dan Referensi

Buku teks dan referensi dalam linguistik terapan juga didominasi oleh bahasa Inggris. Buku-buku seperti Principles of Language Learning and Teaching oleh H. Douglas Brown dan Introducing Second Language Acquisition oleh Muriel Saville-Troike diterbitkan dalam bahasa Inggris dan digunakan secara luas di universitas-universitas di seluruh dunia. Menurut Canagarajah (2013), "Dominasi bahasa Inggris dalam buku teks mencerminkan pengaruh institusi pendidikan Anglo-Amerika dalam membentuk kurikulum dan metodologi pengajaran bahasa" (p. 78). Hal ini dapat mengakibatkan marginalisasi perspektif lokal dan pendekatan pengajaran yang lebih sesuai dengan konteks non-Anglofon.

Contohnya, buku Teaching English as a Second or Foreign Language oleh Marianne Celce-Murcia, Donna M. Brinton, dan Marguerite Ann Snow, yang diterbitkan dalam bahasa Inggris, menjadi referensi utama bagi pengajar bahasa Inggris di seluruh dunia. Menurut penulis, "Buku ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengajar bahasa Inggris di berbagai konteks, tetapi fokusnya pada bahasa Inggris sebagai bahasa target mencerminkan dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan" (Celce-Murcia et al., 2014, p. 112). Meskipun buku ini memberikan wawasan berharga, dominasi bahasa Inggris dalam referensi semacam ini dapat mengabaikan kebutuhan pengajaran bahasa lain.

3. Dominasi Bahasa Inggris dalam Konferensi Internasional

Konferensi internasional dalam linguistik terapan, seperti kongres tahunan TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages) dan konferensi AILA (Association Internationale de Linguistique Appliquée), juga didominasi oleh bahasa Inggris. Meskipun konferensi ini bertujuan untuk mempromosikan keragaman linguistik dan budaya, bahasa Inggris seringkali menjadi bahasa utama presentasi dan diskusi. Menurut Phillipson (2018), "Penggunaan bahasa Inggris dalam konferensi internasional mencerminkan ketidaksetaraan linguistik, di mana penutur asli bahasa Inggris memiliki keuntungan yang signifikan" (p. 56). Hal ini dapat menciptakan hambatan bagi peserta yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, baik dalam hal presentasi maupun partisipasi dalam diskusi.

Contohnya, konferensi TESOL 2020, yang diadakan di Denver, Amerika Serikat, menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama untuk semua sesi. Menurut panitia konferensi, "Penggunaan bahasa Inggris memastikan konsistensi dan aksesibilitas bagi peserta dari berbagai negara, tetapi juga menciptakan tantangan bagi peserta yang tidak fasih dalam bahasa Inggris" (TESOL International Association, 2020, p. 23). Meskipun konferensi ini menyediakan sesi paralel dalam bahasa lain, dominasi bahasa Inggris tetap menjadi isu yang kontroversial.

4. Implikasi Dominasi Bahasa Inggris

Dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan memiliki implikasi yang luas, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franca memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan kolaborasi internasional. Menurut Crystal (2015), "Bahasa Inggris memungkinkan peneliti dari berbagai negara untuk berbagi temuan dan metodologi, yang memperkaya bidang linguistik terapan secara keseluruhan" (p. 34). Di sisi lain, dominasi bahasa Inggris dapat mengakibatkan marginalisasi bahasa dan perspektif lokal, serta menciptakan ketidaksetaraan dalam akses terhadap publikasi dan sumber daya akademik.

Contohnya, penelitian tentang pengajaran bahasa daerah atau bahasa minoritas seringkali kurang terwakili dalam publikasi berbahasa Inggris. Menurut Skutnabb-Kangas (2016), "Dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan dapat mengabaikan isu-isu penting seperti revitalisasi bahasa dan pendidikan multibahasa, yang lebih relevan dalam konteks non-Anglofon" (p. 78). Hal ini dapat menghambat perkembangan linguistik terapan sebagai disiplin yang benar-benar global dan inklusif.

5. Upaya untuk Mengatasi Dominasi Bahasa Inggris

Meskipun dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan masih kuat, ada upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan ini. Beberapa jurnal dan konferensi mulai menerima artikel dan presentasi dalam bahasa lain, atau menyediakan terjemahan untuk memastikan aksesibilitas yang lebih luas. Menurut Lillis dan Curry (2017), "Mendorong multibahasa dalam publikasi akademik dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan linguistik dan mempromosikan keragaman perspektif" (p. 112). Contohnya, jurnal Language Policy menerima artikel dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Prancis, yang mencerminkan komitmen untuk mempromosikan multibahasa dalam linguistik terapan.

Selain itu, organisasi seperti AILA telah mengadvokasi penggunaan bahasa lain dalam konferensi dan publikasi. Menurut Dewaele (2019), "AILA mendorong penggunaan bahasa lain selain bahasa Inggris dalam kongresnya, sebagai upaya untuk mempromosikan keragaman linguistik dan inklusivitas" (p. 45). Upaya ini penting untuk memastikan bahwa linguistik terapan tidak hanya didominasi oleh perspektif Anglo-Amerika, tetapi juga mencerminkan keragaman linguistik dan budaya global.

6. Contoh Publikasi yang Menunjukkan Dominasi Bahasa Inggris

Berikut adalah beberapa contoh publikasi akademik yang menunjukkan dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan:

1.      Jurnal Applied Linguistics

Jurnal ini, yang diterbitkan oleh Oxford University Press, secara eksklusif menerima artikel dalam bahasa Inggris. Menurut editor, "Penggunaan bahasa Inggris memastikan bahwa penelitian dapat diakses oleh audiens global, tetapi juga menciptakan tantangan bagi peneliti yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris" (Smith, 2018, p. 45).

2.      Buku Principles of Language Learning and Teaching oleh H. Douglas Brown

Buku ini, yang diterbitkan dalam bahasa Inggris, digunakan secara luas di universitas-universitas di seluruh dunia. Menurut Canagarajah (2013), "Dominasi bahasa Inggris dalam buku teks mencerminkan pengaruh institusi pendidikan Anglo-Amerika dalam membentuk kurikulum dan metodologi pengajaran bahasa" (p. 78).

3.      Konferensi TESOL 2020

Konferensi ini, yang diadakan di Denver, Amerika Serikat, menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama untuk semua sesi. Menurut panitia konferensi, "Penggunaan bahasa Inggris memastikan konsistensi dan aksesibilitas bagi peserta dari berbagai negara, tetapi juga menciptakan tantangan bagi peserta yang tidak fasih dalam bahasa Inggris" (TESOL International Association, 2020, p. 23).

Dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan tercermin dalam publikasi akademik, termasuk jurnal ilmiah, buku teks, dan konferensi internasional. Meskipun dominasi ini memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan kolaborasi internasional, hal ini juga menciptakan tantangan bagi peneliti dan praktisi dari negara-negara non-Anglofon. Upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan ini, seperti mendorong multibahasa dalam publikasi dan konferensi, penting untuk memastikan bahwa linguistik terapan menjadi disiplin yang benar-benar global dan inklusif.


Rabu, 19 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 2

 

1.     Pengaruh dominasi bahasa Inggris terhadap perkembangan dan penyebaran penelitian linguistik terapan.

Dalam beberapa dekade terakhir, bahasa Inggris telah menjadi bahasa dominan dalam dunia akademik, termasuk dalam penelitian linguistik terapan. Pengaruh dominasi bahasa Inggris ini membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan serta penyebaran penelitian di bidang ini. Artikel ini akan membahas bagaimana dominasi bahasa Inggris mempengaruhi berbagai aspek linguistik terapan, mulai dari aksesibilitas penelitian, kolaborasi internasional, hingga dampaknya terhadap keberagaman linguistik dan kebijakan bahasa.

1. Aksesibilitas dan Standarisasi dalam Publikasi Akademik

Salah satu dampak utama dominasi bahasa Inggris dalam penelitian linguistik terapan adalah meningkatnya aksesibilitas hasil penelitian oleh komunitas akademik global. Karena sebagian besar jurnal bereputasi tinggi menggunakan bahasa Inggris, penelitian yang diterbitkan dalam bahasa ini lebih mudah dijangkau oleh para peneliti dan praktisi dari berbagai negara.

Menurut Swales (1997), "English has established itself as the primary language of academic communication, ensuring that research reaches a wider audience and is more likely to be cited" (hlm. 374). Dengan demikian, peneliti yang menggunakan bahasa Inggris memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pengakuan dan pengaruh dalam komunitas akademik global.

Namun, dominasi ini juga menciptakan hambatan bagi peneliti yang tidak memiliki kemahiran tinggi dalam bahasa Inggris. Mereka sering kali menghadapi kesulitan dalam menulis artikel berkualitas tinggi sesuai standar jurnal internasional, yang pada akhirnya dapat membatasi penyebaran penelitian dari negara-negara non-Inggris.

2. Kolaborasi Internasional dan Mobilitas Akademik

Dominasi bahasa Inggris dalam penelitian linguistik terapan juga mendorong meningkatnya kolaborasi internasional antara akademisi dari berbagai negara. Bahasa Inggris berfungsi sebagai lingua franca dalam konferensi akademik, seminar, dan proyek penelitian lintas negara, sehingga mempermudah pertukaran ide dan perkembangan teori baru dalam bidang ini.

Hamel (2007) mencatat bahwa "the use of English in academic collaboration has facilitated international networking and has increased the exchange of knowledge across different linguistic backgrounds" (hlm. 55). Dengan adanya bahasa yang sama, para peneliti dari berbagai latar belakang bahasa dapat bekerja sama lebih efektif, menghasilkan publikasi bersama, dan mempercepat kemajuan penelitian dalam linguistik terapan.

Namun, penggunaan bahasa Inggris sebagai satu-satunya medium komunikasi akademik juga dapat menghambat perspektif lokal yang berbasis pada bahasa dan budaya lain. Beberapa penelitian yang menggunakan bahasa asli dapat mengalami marginalisasi karena kurangnya visibilitas dalam komunitas akademik global.

3. Dampak terhadap Keberagaman Linguistik dalam Penelitian

Salah satu kritik utama terhadap dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan adalah bahwa hal ini dapat mengurangi keberagaman linguistik dalam penelitian. Banyak teori dan konsep yang dikembangkan dalam bahasa Inggris cenderung mendominasi diskursus akademik, sementara perspektif dari bahasa lain sering kali tidak mendapatkan perhatian yang layak.

Ammon (2012) menyoroti bahwa "the dominance of English in research can lead to a homogenization of academic discourse, where ideas from non-English-speaking contexts are underrepresented" (hlm. 310). Artinya, penelitian yang dilakukan dalam bahasa lain sering kali tidak mendapat cukup eksposur dalam komunitas akademik global, meskipun memiliki nilai ilmiah yang signifikan.

Sebagai contoh, penelitian dalam linguistik terapan yang berkaitan dengan kebijakan bahasa lokal atau metodologi pengajaran bahasa tertentu mungkin lebih efektif jika dilakukan dalam bahasa setempat. Namun, tekanan untuk menerbitkan dalam bahasa Inggris dapat membuat peneliti menyesuaikan pendekatan mereka agar sesuai dengan standar internasional, yang terkadang menghilangkan nuansa dan konteks lokal dari penelitian mereka.

4. Pengaruh terhadap Kurikulum dan Pendidikan Linguistik Terapan

Dalam dunia pendidikan, dominasi bahasa Inggris juga mempengaruhi pengembangan kurikulum dan metode pengajaran linguistik terapan. Banyak program studi linguistik terapan di berbagai negara mengadopsi kurikulum yang berbasis pada sumber daya akademik dalam bahasa Inggris, yang dapat mengarah pada pemahaman yang lebih sempit terhadap disiplin ini.

Menurut Phillipson (1992), "the English language’s role in academia extends beyond research—it shapes how subjects are taught and understood in many institutions worldwide" (hlm. 48). Hal ini berarti bahwa mahasiswa linguistik terapan di berbagai negara sering kali bergantung pada teori dan literatur yang dikembangkan dalam konteks Anglo-Amerika, yang mungkin tidak sepenuhnya relevan dengan kebutuhan linguistik dan pedagogis di lingkungan mereka sendiri.

Sebagai konsekuensi, banyak institusi pendidikan tinggi mulai memperkenalkan pendekatan bilingual atau multibahasa dalam pengajaran linguistik terapan untuk memastikan bahwa mahasiswa dapat memahami konsep-konsep utama dalam bahasa mereka sendiri sebelum beralih ke literatur akademik dalam bahasa Inggris.

5. Implikasi terhadap Kebijakan Bahasa

Dominasi bahasa Inggris dalam penelitian linguistik terapan juga berdampak pada kebijakan bahasa di berbagai negara. Banyak pemerintah dan lembaga pendidikan mulai menekankan pentingnya kemahiran bahasa Inggris dalam pendidikan tinggi, yang terkadang mengarah pada pengurangan dukungan untuk penelitian dalam bahasa lokal.

Van Parijs (2011) mengemukakan bahwa "the prioritization of English in academic research often influences language policies, sometimes at the expense of local languages and linguistic diversity" (hlm. 143). Akibatnya, beberapa bahasa minoritas atau regional mungkin kurang mendapat perhatian dalam penelitian linguistik terapan, yang dapat berujung pada penurunan jumlah publikasi dan proyek penelitian dalam bahasa-bahasa tersebut.

Namun, beberapa inisiatif telah muncul untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, seperti penerbitan jurnal bilingual dan promosi akses terbuka untuk penelitian dalam berbagai bahasa. Beberapa komunitas akademik juga mulai mendorong penerbitan dalam bahasa lokal guna memperkaya perspektif dalam bidang linguistik terapan.

Kesimpulan

Dominasi bahasa Inggris dalam penelitian linguistik terapan memiliki dampak yang luas terhadap perkembangan dan penyebaran ilmu ini. Di satu sisi, penggunaan bahasa Inggris meningkatkan aksesibilitas, memfasilitasi kolaborasi internasional, dan mempercepat pertukaran informasi ilmiah. Namun, di sisi lain, dominasi ini juga dapat menghambat keberagaman linguistik, membatasi perspektif lokal, dan mempengaruhi kebijakan bahasa dalam pendidikan dan penelitian.

Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franca akademik dengan upaya untuk mendukung penelitian dalam berbagai bahasa. Inisiatif seperti jurnal bilingual, kebijakan penerbitan multibahasa, dan peningkatan dukungan terhadap penelitian dalam bahasa lokal dapat membantu menciptakan ekosistem akademik yang lebih inklusif dan beragam.

Selasa, 18 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 1

1.     Alasan sebagian besar publikasi dalam bidang linguistik terapan diterbitkan dalam bahasa Inggris.

Dalam dunia akademik, bahasa Inggris telah menjadi lingua franca dalam banyak disiplin ilmu, termasuk linguistik terapan. Sebagian besar publikasi ilmiah dalam bidang ini diterbitkan dalam bahasa Inggris, meskipun terdapat banyak komunitas akademik yang menggunakan bahasa lain. Artikel ini akan membahas beberapa alasan utama di balik dominasi bahasa Inggris dalam publikasi linguistik terapan, termasuk faktor sejarah, ekonomi, dan akademik.

1. Dominasi Sejarah dan Politik Bahasa Inggris dalam Ilmu Pengetahuan

Salah satu alasan utama mengapa bahasa Inggris mendominasi publikasi dalam linguistik terapan adalah sejarah kolonialisme dan pengaruh politik negara-negara berbahasa Inggris dalam pengembangan ilmu pengetahuan modern. Sejak abad ke-19 dan ke-20, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris telah memainkan peran utama dalam membentuk kebijakan pendidikan dan penelitian global.

Phillipson (1992) dalam bukunya Linguistic Imperialism berargumen bahwa "the dominance of English in academia is a continuation of colonial policies that established English as the language of administration, education, and research" (hlm. 48). Dengan kata lain, kebijakan kolonial yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam pendidikan dan pemerintahan telah memberikan dampak jangka panjang terhadap dominasi bahasa ini dalam dunia akademik, termasuk dalam bidang linguistik terapan.

2. Peran Jurnal dan Penerbit Internasional Berbasis di Negara Berbahasa Inggris

Banyak jurnal akademik terkemuka dalam linguistik terapan, seperti Applied Linguistics (Oxford University Press), TESOL Quarterly (Teachers of English to Speakers of Other Languages), dan Journal of Second Language Writing, berbasis di negara-negara berbahasa Inggris seperti Amerika Serikat dan Inggris. Penerbit akademik utama, seperti Cambridge University Press dan Routledge, juga menerbitkan sebagian besar karya dalam bahasa Inggris.

Menurut Swales (1997), "the gatekeeping role of major English-language journals and publishers ensures that English remains the primary medium of academic communication" (hlm. 374). Artinya, untuk mencapai visibilitas yang lebih luas, para peneliti dari berbagai negara cenderung menerbitkan karya mereka dalam bahasa Inggris agar dapat diakses oleh komunitas akademik global.

3. Kemudahan Akses dan Distribusi Global

Dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi jurnal ilmiah, publikasi dalam bahasa Inggris lebih mudah diakses oleh akademisi dari berbagai belahan dunia. Banyak basis data akademik utama, seperti Scopus dan Web of Science, lebih banyak mencantumkan jurnal dalam bahasa Inggris dibandingkan dengan bahasa lain. Hal ini memperkuat dominasi bahasa Inggris sebagai medium utama dalam publikasi ilmiah.

Hamel (2007) menyatakan bahwa "the globalization of academic publishing has reinforced the preference for English, as it allows for wider dissemination and greater academic impact" (hlm. 55). Dengan demikian, para akademisi lebih cenderung memilih bahasa Inggris untuk memastikan penelitian mereka dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan mendapatkan lebih banyak sitasi.

4. Standarisasi dalam Pendidikan dan Pengajaran Bahasa

Linguistik terapan sering kali berkaitan dengan pengajaran bahasa asing dan kebijakan bahasa. Karena bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak dipelajari sebagai bahasa kedua di dunia, penelitian dalam linguistik terapan cenderung diterbitkan dalam bahasa Inggris agar dapat digunakan oleh komunitas akademik dan praktisi di berbagai negara.

Seperti yang dikemukakan oleh Crystal (2003), "English has become the dominant language in the field of applied linguistics because it serves as the primary language of instruction and assessment in many educational contexts worldwide" (hlm. 89). Oleh karena itu, penggunaan bahasa Inggris dalam publikasi linguistik terapan juga didorong oleh kebutuhan praktis dalam dunia pendidikan dan pengajaran bahasa.

5. Tekanan Akademik dan Publikasi di Jurnal Bereputasi

Banyak universitas dan lembaga penelitian di seluruh dunia mendorong para akademisi untuk menerbitkan karya mereka di jurnal bereputasi tinggi yang sering kali menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Kinerja akademik sering diukur berdasarkan jumlah publikasi yang diterbitkan dalam jurnal yang terindeks secara global, yang sebagian besar menggunakan bahasa Inggris.

Menurut Ferguson (2007), "academic career progression is increasingly linked to publications in high-impact English-language journals, which reinforces the dominance of English in scholarly communication" (hlm. 215). Dengan kata lain, tekanan akademik untuk mendapatkan pengakuan internasional dan kenaikan pangkat dalam karier akademik turut mendorong para peneliti untuk menerbitkan karya mereka dalam bahasa Inggris.

6. Faktor Ekonomi dan Investasi dalam Riset

Negara-negara berbahasa Inggris, khususnya Amerika Serikat dan Inggris, mengalokasikan dana yang besar untuk penelitian akademik, termasuk dalam bidang linguistik terapan. Banyak proyek penelitian, konferensi internasional, dan beasiswa yang didanai oleh institusi yang berbasis di negara-negara ini, yang pada akhirnya berkontribusi pada dominasi bahasa Inggris dalam publikasi akademik.

Van Parijs (2011) dalam Linguistic Justice for Europe and for the World menyoroti bahwa "the economic advantages associated with English as a global academic language ensure its continued dominance in scholarly publishing" (hlm. 143). Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Inggris tetap menjadi bahasa utama dalam akademik karena adanya dukungan ekonomi yang kuat dari negara-negara berbahasa Inggris.

7. Kritik terhadap Dominasi Bahasa Inggris dalam Linguistik Terapan

Meskipun dominasi bahasa Inggris dalam publikasi akademik memiliki banyak keuntungan, hal ini juga menimbulkan kritik. Banyak akademisi berpendapat bahwa dominasi bahasa Inggris dapat menyebabkan marginalisasi penelitian yang dilakukan dalam bahasa lain, sehingga menghambat keragaman linguistik dalam ilmu pengetahuan.

Ammon (2012) menyatakan bahwa "the preference for English in academic publishing creates an imbalance, where valuable research in other languages is often overlooked or undervalued" (hlm. 310). Oleh karena itu, beberapa inisiatif telah dilakukan untuk meningkatkan visibilitas penelitian dalam bahasa lain, seperti penerbitan jurnal bilingual dan promosi akses terbuka untuk penelitian non-Inggris.

Kesimpulan

Bahasa Inggris telah menjadi bahasa utama dalam publikasi linguistik terapan karena berbagai faktor, termasuk sejarah kolonial, dominasi jurnal dan penerbit berbahasa Inggris, kemudahan akses dan distribusi global, serta tekanan akademik untuk menerbitkan di jurnal bereputasi tinggi. Meskipun ada manfaat dari standarisasi ini, kritik terhadap dominasi bahasa Inggris juga harus diperhatikan untuk memastikan bahwa penelitian dalam berbagai bahasa tetap mendapatkan pengakuan yang layak dalam komunitas akademik global.


Senin, 17 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 6

 

Referensi bacaan Pendukung

·         Ammon, U. (2012). Linguistic Inequality in Scientific Communication. Language Problems & Language Planning, 36(3), 307-320.

·         Crystal, D. (2003). English as a Global Language. Cambridge University Press.

·         Ferguson, G. (2007). The Global Spread of English and the Internationalization of Higher Education. Journal of English for Academic Purposes, 6(2), 209-225.

·         Hamel, R. E. (2007). The Dominance of English in the International Scientific Periodical Literature and the Future of Language Use in Science. International Journal of Applied Linguistics, 17(1), 53-73.

·         Phillipson, R. (1992). Linguistic Imperialism. Oxford University Press.

·         Swales, J. (1997). English as Tyrannosaurus Rex in Academic Publishing. World Englishes, 16(3), 373-382.

·         Van Parijs, P. (2011). Linguistic Justice for Europe and for the World. Oxford University Press.

·         Ammon, U. (2012). Linguistic Inequality in Scientific Communication. Language Problems & Language Planning, 36(3), 307-320.

·         Hamel, R. E. (2007). The Dominance of English in the International Scientific Periodical Literature and the Future of Language Use in Science. International Journal of Applied Linguistics, 17(1), 53-73.

·         Phillipson, R. (1992). Linguistic Imperialism. Oxford University Press.

·         Swales, J. (1997). English as Tyrannosaurus Rex in Academic Publishing. World Englishes, 16(3), 373-382.

·         Van Parijs, P. (2011). Linguistic Justice for Europe and for the World. Oxford University Press.

·         Ammon, U. (2012). The dominance of English as a language of science: Effects on other languages and language communities. De Gruyter.

·         Canagarajah, A. S. (2013). Translingual practice: Global Englishes and cosmopolitan relations. Routledge.

·         Celce-Murcia, M., Brinton, D. M., & Snow, M. A. (2014). Teaching English as a second or foreign language. Cengage Learning.

·         Crystal, D. (2015). English as a global language. Cambridge University Press.

·         Dewaele, J.-M. (2019). Multilingualism and emotions. Routledge.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2017). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Phillipson, R. (2018). Linguistic imperialism continued. Routledge.

·         Skutnabb-Kangas, T. (2016). Linguistic genocide in education—or worldwide diversity and human rights?. Routledge.

·         Smith, J. (2018). The role of English in applied linguistics. Oxford University Press.

·         TESOL International Association. (2020). TESOL 2020 conference proceedings. TESOL.

·         Bennett, K. (2015). The semiperiphery of academic writing: Discourses, communities and practices. Palgrave Macmillan.

·         Canagarajah, A. S. (2002). A geopolitics of academic writing. University of Pittsburgh Press.

·         Englander, K. (2019). Writing and publishing science research papers in English: A global perspective. Springer.

·         Flowerdew, J. (2015). Discourse in English language education. Routledge.

·         Hyland, K. (2016). Academic publishing: Issues and challenges in the construction of knowledge. Oxford University Press.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Pérez-Llantada, C. (2012). Scientific discourse and the rhetoric of globalization: The impact of culture and language. Bloomsbury.

·         Salager-Meyer, F. (2014). "Writing and publishing in peripheral scholarly journals: How to enhance the global influence of multilingual scholars?" Journal of English for Academic Purposes, 13(2), 137-145.

·         Swales, J. M. (2004). Research genres: Explorations and applications. Cambridge University Press.

·         Flowerdew, J. (2015). Discourse in English language education. Routledge.

·         Hyland, K. (2016). Academic publishing: Issues and challenges in the construction of knowledge. Oxford University Press.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Pérez-Llantada, C. (2012). Scientific discourse and the rhetoric of globalization: The impact of culture and language. Bloomsbury.

·         Salager-Meyer, F. (2014). "Writing and publishing in peripheral scholarly journals: How to enhance the global influence of multilingual scholars?" Journal of English for Academic Purposes, 13(2), 137-145.

·         Swales, J. M. (2004). Research genres: Explorations and applications. Cambridge University Press.