![]() |
Kesalahan Umum dalam Menulis Resensi Buku |
Menulis resensi buku adalah keterampilan yang membutuhkan keseimbangan antara analisis objektif dan subjektivitas yang kritis. Meskipun tampak sederhana, banyak penulis resensi—baik pemula maupun yang berpengalaman—sering melakukan kesalahan yang mengurangi kualitas ulasan mereka. Kesalahan-kesalahan ini dapat membuat resensi menjadi tidak informatif, bias, atau bahkan menyesatkan bagi pembaca. Artikel ini akan menguraikan kesalahan umum dalam menulis resensi buku, termasuk ketidakseimbangan antara ringkasan dan analisis, bias pribadi yang berlebihan, penggunaan spoiler tanpa peringatan, ketergantungan pada pendapat populer, dan kurangnya struktur yang jelas. Pembahasan ini didukung oleh berbagai sumber akademis dan praktik penulisan resensi yang baik.
1.
Terlalu Banyak Ringkasan, Terlalu Sedikit Analisis
Salah satu
kesalahan paling umum dalam menulis resensi buku adalah menghabiskan terlalu
banyak ruang untuk merangkum cerita atau konten buku tanpa memberikan analisis
yang mendalam. Sebuah resensi yang baik harus memberikan gambaran singkat
tentang isi buku, tetapi fokus utamanya adalah evaluasi kritis terhadap
kekuatan dan kelemahan karya tersebut (Gorra, 2017). Misalnya, alih-alih hanya
menceritakan kembali plot novel, resensi yang baik akan mengevaluasi
perkembangan karakter, gaya penulisan, dan relevansi tema dengan konteks sosial
(Thompson, 2019).
Banyak
resensi pemula terjebak dalam memberikan sinopsis panjang lebar, sehingga
pembaca tidak mendapatkan wawasan tentang apakah buku tersebut layak dibaca
atau tidak. Menurut Johnson (2020), resensi yang efektif seharusnya hanya
mencakup 20-30% ringkasan, sedangkan 70-80% sisanya harus berupa analisis dan
evaluasi.
2.
Bias Pribadi yang Berlebihan
Setiap
pembaca memiliki preferensi pribadi, tetapi resensi yang baik harus berusaha
untuk tetap objektif. Kesalahan umum adalah membiarkan selera pribadi
mendominasi penilaian tanpa memberikan argumen yang kuat. Misalnya, seorang
pengulas yang tidak menyukai genre fantasi mungkin memberi penilaian negatif
pada sebuah buku hanya karena mereka tidak tertarik pada cerita fantasi, bukan
karena kelemahan intrinsik buku tersebut (Smith & Brown, 2021).
Bias juga
dapat muncul ketika pengulas memiliki hubungan pribadi dengan penulis, baik
sebagai teman maupun musuh. Sebuah studi oleh Berger et al. (2020) menemukan
bahwa resensi yang terlalu dipengaruhi oleh hubungan personal cenderung tidak
dapat dipercaya oleh pembaca. Oleh karena itu, penting bagi penulis resensi
untuk mengakui bias mereka (jika ada) dan berusaha memberikan penilaian yang
adil.
3.
Memberikan Spoiler Tanpa Peringatan
Kesalahan
lain yang sering terjadi adalah mengungkapkan twist atau akhir cerita tanpa
peringatan sebelumnya. Spoiler dapat merusak pengalaman membaca bagi calon
pembaca, terutama dalam genre seperti misteri, thriller, atau fiksi spekulatif
(King, 2019). Sebuah resensi seharusnya memberikan gambaran umum tanpa
mengungkapkan momen-momen kunci yang menentukan.
Beberapa
platform, seperti Goodreads, menyediakan opsi untuk menandai resensi yang
mengandung spoiler. Namun, banyak penulis resensi lupa atau mengabaikan etika
ini, sehingga mengurangi nilai ulasan mereka bagi pembaca yang ingin
menghindari informasi penting (Lee, 2021).
4.
Mengandalkan Pendapat Populer Tanpa Kritik Mandiri
Di era
digital, di mana tren dan popularitas sering kali memengaruhi penilaian, banyak
penulis resensi terjebak dalam memberikan pujian atau kritik hanya karena
sebuah buku sedang ramai dibicarakan. Misalnya, buku-buku yang masuk
daftar best seller sering kali mendapat ulasan positif secara otomatis,
meskipun sebenarnya memiliki kelemahan signifikan (Harris, 2020).
Sebaliknya,
beberapa buku yang kurang dikenal tetapi berkualitas tinggi mungkin diabaikan
hanya karena tidak mendapatkan perhatian media. Seorang penulis resensi yang
baik harus memiliki keberanian untuk mengevaluasi buku secara independen,
terlepas dari popularitasnya (Wilson, 2021).
5.
Struktur yang Tidak Jelas atau Tidak Konsisten
Resensi yang
baik membutuhkan struktur yang jelas, mulai dari pengenalan buku, ringkasan
singkat, analisis mendalam, hingga kesimpulan. Kesalahan umum adalah
melompat-lompat antara elemen-elemen ini tanpa alur yang logis, sehingga
membuat resensi sulit diikuti (Green, 2018).
Beberapa
penulis resensi juga gagal memberikan rekomendasi yang jelas di akhir ulasan.
Pembaca sering kali mencari tahu apakah buku tersebut cocok untuk mereka,
tetapi banyak resensi yang berakhir dengan kesimpulan ambigu seperti,
"Tergantung selera." Sebuah resensi yang baik harus memberikan
rekomendasi spesifik, misalnya, "Buku ini cocok untuk pembaca yang
menyukai cerita dengan tema keluarga yang kompleks" (Johnson, 2020).
6.
Mengabaikan Konteks dan Perbandingan dengan Karya Lain
Sebuah
resensi akan lebih bernilai jika menempatkan buku dalam konteks yang lebih
luas, seperti membandingkannya dengan karya lain dalam genre yang sama atau
membahas relevansinya dengan isu-isu terkini. Kesalahan umum adalah mengulas
buku secara terisolasi tanpa menghubungkannya dengan tren literatur atau budaya
populer (Eco, 2004).
Misalnya,
sebuah resensi tentang novel distopia akan lebih menarik jika dibandingkan
dengan karya-karya seperti 1984 (George Orwell) atau The Handmaid’s Tale (Margaret
Atwood). Perbandingan semacam ini membantu pembaca memahami posisi buku dalam
kanon sastra (Thompson, 2019).
7.
Bahasa yang Tidak Jelas atau Terlalu Subjektif
Penggunaan
bahasa yang terlalu emosional atau tidak jelas juga merupakan kesalahan umum.
Kata-kata seperti "saya suka" atau "saya benci" tanpa
penjelasan lebih lanjut tidak memberikan nilai analitis bagi pembaca (Cialdini,
2016). Sebaliknya, resensi yang baik menggunakan bahasa deskriptif yang spesifik,
seperti:
·
Tidak efektif: "Saya tidak suka buku ini karena membosankan."
·
Efektif: "Pace cerita terlalu lambat karena kurangnya konflik
utama hingga bab ke-10, sehingga mengurangi ketegangan naratif."
8.
Tidak Mempertimbangkan Target Pembaca
Setiap buku
memiliki audiens target, dan resensi yang baik harus mempertimbangkan hal ini.
Kesalahan umum adalah mengkritik buku anak-anak karena terlalu sederhana atau
buku akademik karena terlalu teknis, padahal hal itu sesuai dengan tujuan
penulisannya (Brown, 2022).
Sebuah
resensi harus mengevaluasi apakah buku berhasil memenuhi tujuan untuk pembaca
yang dimaksudkan, bukan berdasarkan standar pribadi pengulas.
9.
Mengabaikan Kelebihan Buku karena Fokus pada Kekurangan
Beberapa
penulis resensi terlalu fokus pada kritik sehingga mengabaikan aspek positif
buku. Sebuah ulasan yang seimbang harus mengakui baik kelebihan maupun
kekurangan (Gorra, 2017). Misalnya, meskipun sebuah novel memiliki alur yang
lambat, mungkin saja buku tersebut memiliki karakterisasi yang kuat atau tema
yang mendalam.
10.
Tidak Menyertakan Bukti atau Contoh Spesifik
Kritik atau
pujian yang tidak didukung contoh konkret dari teks akan terasa tidak berdasar.
Sebuah resensi yang baik harus menyertakan kutipan atau deskripsi adegan untuk
memperkuat argumen (Smith & Brown, 2021).
Kesimpulan
Menulis
resensi buku yang baik membutuhkan lebih dari sekadar opini pribadi—diperlukan
analisis kritis, struktur yang jelas, dan kesadaran akan kebutuhan pembaca.
Dengan menghindari kesalahan-kesalahan umum seperti terlalu banyak ringkasan,
bias pribadi, spoiler, dan ketidakjelasan bahasa, penulis resensi dapat
memberikan ulasan yang bermanfaat dan berdampak. Resensi yang berkualitas tidak
hanya membantu pembaca memilih buku tetapi juga berkontribusi pada diskusi
sastra yang lebih luas.
Daftar
Pustaka
·
Berger, J., et al. (2020). How reviews influence
sales: Evidence from the book industry. Journal of Marketing Research, 57(2),
201-219.
·
Brown, A. (2022). The ethics of book reviewing. Publishing Ethics Quarterly, 14(3),
45-60.
·
Cialdini, R. (2016). Influence: The psychology of persuasion. Harper Business.
·
Eco, U. (2004). On literature. Harcourt.
·
Gorra, A. (2017). The art of book reviewing. Cambridge University Press.
·
Green, M. (2018). Writing effective book reviews. Oxford Academic
Press.
·
Harris, L. (2020). The impact of hype on book reviews. Journal of Media
and Publishing, 15(1), 78-92.
·
Johnson, R. (2020). Critical reading and review writing. Literary Studies
Journal, 24(3), 33-47.
·
King, S. (2019). On writing: A memoir of the craft. Scribner.
·
Lee, S. (2021). The rise of reader reviews in the digital age. Digital Humanities
Journal, 9(2), 112-125.
·
Smith, T., & Brown, A. (2021). Critical approaches to book
reviewing. Routledge.
·
Thompson, E. (2019). The role of book reviews in literary criticism. Literary Studies
Journal, 24(3), 33-47.
·
Wilson, D. (2021). Beyond the best seller: Analyzing literary quality. Harvard Review of
Books, 18(1), 10-25.