Jumat, 21 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 4

1.     Apa sikap para editor terhadap dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah?

 

Dalam beberapa dekade terakhir, bahasa Inggris telah mendominasi dunia akademik dan publikasi ilmiah. Tren ini terjadi karena berbagai faktor, termasuk globalisasi, kebijakan universitas, serta standar internasional dalam penelitian dan penerbitan. Namun, dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah menimbulkan beragam reaksi di kalangan editor jurnal ilmiah. Beberapa editor mendukung penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franca dalam ilmu pengetahuan, sementara yang lain mengkritisi dampaknya terhadap keberagaman linguistik dan aksesibilitas ilmiah. Artikel ini akan membahas sikap para editor terhadap dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah berdasarkan berbagai studi dan literatur.

Sikap Mendukung Dominasi Bahasa Inggris

Beberapa editor jurnal ilmiah mendukung dominasi bahasa Inggris dengan alasan efisiensi komunikasi ilmiah dan peningkatan visibilitas penelitian. Menurut Hyland (2016), bahasa Inggris memungkinkan para ilmuwan dari berbagai negara untuk berkomunikasi dalam satu bahasa yang dapat dipahami secara universal. Ini mempercepat diseminasi ilmu pengetahuan dan memudahkan kolaborasi internasional.

Lebih lanjut, publikasi dalam bahasa Inggris meningkatkan peluang penelitian untuk dikutip dan diakui secara global. Salager-Meyer (2014) berpendapat bahwa jurnal yang menerbitkan artikel dalam bahasa Inggris cenderung memiliki faktor dampak yang lebih tinggi dibandingkan dengan jurnal berbahasa lokal. Dalam wawancara dengan editor jurnal ilmiah internasional, beberapa di antaranya mengakui bahwa “publikasi dalam bahasa Inggris adalah syarat utama untuk meningkatkan daya saing akademik” (Salager-Meyer, 2014, p. 138).

Selain itu, beberapa editor juga melihat dominasi bahasa Inggris sebagai dorongan bagi ilmuwan dari negara non-berbahasa Inggris untuk meningkatkan keterampilan akademik mereka. Swales (2004) menyatakan bahwa banyak akademisi non-native English speakers (NNES) merasa terdorong untuk memperbaiki kemampuan menulis ilmiah mereka agar dapat diterima dalam jurnal internasional.

Kritik terhadap Dominasi Bahasa Inggris

Meskipun ada manfaat yang diakui, banyak editor jurnal juga mengkritisi dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah. Salah satu kritik utama adalah ketidakadilan linguistik yang ditimbulkan. Canagarajah (2002) menunjukkan bahwa ilmuwan dari negara berkembang sering mengalami kesulitan dalam menerbitkan penelitian mereka karena kendala bahasa. Editor jurnal sering kali lebih memilih manuskrip yang ditulis oleh penutur asli bahasa Inggris, meskipun substansi penelitian dari ilmuwan non-native English speakers (NNES) sama berkualitasnya.

Selain itu, beberapa editor berpendapat bahwa dominasi bahasa Inggris dapat menyebabkan marginalisasi ilmu pengetahuan lokal. Misalnya, banyak penelitian yang relevan dengan konteks nasional tertentu tidak dapat dipublikasikan dalam jurnal berbahasa Inggris karena dianggap kurang memiliki daya tarik global. Artikel yang berfokus pada masalah lokal sering kali dianggap “kurang relevan” oleh editor jurnal internasional (Lillis & Curry, 2010).

Lebih lanjut, dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah juga berkontribusi terhadap monopoli akademik oleh negara-negara berbahasa Inggris. Sebagai contoh, Flowerdew (2015) menyatakan bahwa ilmuwan dari Amerika Serikat dan Inggris mendominasi komite editorial jurnal-jurnal ternama, yang berarti mereka memiliki kontrol lebih besar atas standar penerbitan dan topik yang dianggap penting.

Upaya Mengatasi Ketimpangan Bahasa dalam Publikasi Ilmiah

Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat dominasi bahasa Inggris, beberapa editor jurnal telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung keberagaman bahasa dalam publikasi ilmiah. Salah satu solusi yang banyak diterapkan adalah menyediakan ringkasan dalam berbagai bahasa selain Inggris. Misalnya, beberapa jurnal di bidang ilmu sosial dan humaniora memungkinkan penulis untuk menyertakan abstrak dalam bahasa asli mereka selain dalam bahasa Inggris (Pérez-Llantada, 2012).

Selain itu, beberapa editor juga mulai membuka peluang bagi penulis dari negara-negara non-berbahasa Inggris dengan memberikan layanan revisi bahasa gratis atau dengan biaya minimal. Ini bertujuan untuk mengurangi hambatan linguistik tanpa mengorbankan kualitas penelitian (Englander, 2019).

Editor juga mulai lebih sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan lokal dan mulai mendukung publikasi dalam bahasa asli untuk penelitian yang sangat terkait dengan konteks nasional atau regional. Dalam jurnal-jurnal tertentu, artikel yang berfokus pada studi lokal kini memiliki peluang lebih besar untuk diterbitkan, meskipun ditulis dalam bahasa selain Inggris (Bennett, 2015).

Sikap para editor terhadap dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah sangat beragam. Di satu sisi, banyak yang mendukung penggunaannya sebagai alat komunikasi ilmiah global yang efisien dan meningkatkan visibilitas penelitian. Namun, di sisi lain, banyak editor juga menyadari dampak negatifnya terhadap ilmuwan dari negara berkembang, ketidakadilan linguistik, serta marginalisasi ilmu pengetahuan lokal. Oleh karena itu, beberapa jurnal mulai mengadopsi kebijakan yang lebih inklusif, seperti penerbitan dalam berbagai bahasa atau layanan dukungan bagi penulis non-native English speakers. Dengan demikian, tantangan yang ditimbulkan oleh dominasi bahasa Inggris dapat diminimalkan tanpa mengorbankan kualitas komunikasi ilmiah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar