1. Apa
sikap para editor terhadap dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah?
Dalam beberapa dekade terakhir, bahasa Inggris
telah mendominasi dunia akademik dan publikasi ilmiah. Tren ini terjadi karena
berbagai faktor, termasuk globalisasi, kebijakan universitas, serta standar
internasional dalam penelitian dan penerbitan. Namun, dominasi bahasa Inggris
dalam publikasi ilmiah menimbulkan beragam reaksi di kalangan editor jurnal
ilmiah. Beberapa editor mendukung penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua
franca dalam ilmu pengetahuan, sementara yang lain mengkritisi dampaknya
terhadap keberagaman linguistik dan aksesibilitas ilmiah. Artikel ini akan
membahas sikap para editor terhadap dominasi bahasa Inggris dalam publikasi
ilmiah berdasarkan berbagai studi dan literatur.
Sikap
Mendukung Dominasi Bahasa Inggris
Beberapa editor jurnal ilmiah mendukung dominasi
bahasa Inggris dengan alasan efisiensi komunikasi ilmiah dan peningkatan
visibilitas penelitian. Menurut Hyland (2016), bahasa Inggris memungkinkan para
ilmuwan dari berbagai negara untuk berkomunikasi dalam satu bahasa yang dapat
dipahami secara universal. Ini mempercepat diseminasi ilmu pengetahuan dan
memudahkan kolaborasi internasional.
Lebih lanjut, publikasi dalam bahasa Inggris
meningkatkan peluang penelitian untuk dikutip dan diakui secara global.
Salager-Meyer (2014) berpendapat bahwa jurnal yang menerbitkan artikel dalam
bahasa Inggris cenderung memiliki faktor dampak yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jurnal berbahasa lokal. Dalam wawancara dengan editor jurnal ilmiah
internasional, beberapa di antaranya mengakui bahwa “publikasi dalam bahasa
Inggris adalah syarat utama untuk meningkatkan daya saing akademik”
(Salager-Meyer, 2014, p. 138).
Selain itu, beberapa editor juga melihat dominasi
bahasa Inggris sebagai dorongan bagi ilmuwan dari negara non-berbahasa Inggris
untuk meningkatkan keterampilan akademik mereka. Swales (2004) menyatakan bahwa
banyak akademisi non-native English speakers (NNES) merasa terdorong untuk
memperbaiki kemampuan menulis ilmiah mereka agar dapat diterima dalam jurnal
internasional.
Kritik
terhadap Dominasi Bahasa Inggris
Meskipun ada manfaat yang diakui, banyak editor
jurnal juga mengkritisi dominasi bahasa Inggris dalam publikasi ilmiah. Salah
satu kritik utama adalah ketidakadilan linguistik yang ditimbulkan. Canagarajah
(2002) menunjukkan bahwa ilmuwan dari negara berkembang sering mengalami kesulitan
dalam menerbitkan penelitian mereka karena kendala bahasa. Editor jurnal sering
kali lebih memilih manuskrip yang ditulis oleh penutur asli bahasa Inggris,
meskipun substansi penelitian dari ilmuwan non-native English speakers (NNES)
sama berkualitasnya.
Selain itu, beberapa editor berpendapat bahwa
dominasi bahasa Inggris dapat menyebabkan marginalisasi ilmu pengetahuan lokal.
Misalnya, banyak penelitian yang relevan dengan konteks nasional tertentu tidak
dapat dipublikasikan dalam jurnal berbahasa Inggris karena dianggap kurang
memiliki daya tarik global. Artikel yang berfokus pada masalah lokal sering
kali dianggap “kurang relevan” oleh editor jurnal internasional (Lillis &
Curry, 2010).
Lebih lanjut, dominasi bahasa Inggris dalam
publikasi ilmiah juga berkontribusi terhadap monopoli akademik oleh
negara-negara berbahasa Inggris. Sebagai contoh, Flowerdew (2015) menyatakan
bahwa ilmuwan dari Amerika Serikat dan Inggris mendominasi komite editorial
jurnal-jurnal ternama, yang berarti mereka memiliki kontrol lebih besar atas
standar penerbitan dan topik yang dianggap penting.
Upaya
Mengatasi Ketimpangan Bahasa dalam Publikasi Ilmiah
Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat
dominasi bahasa Inggris, beberapa editor jurnal telah mengambil langkah-langkah
untuk mendukung keberagaman bahasa dalam publikasi ilmiah. Salah satu solusi
yang banyak diterapkan adalah menyediakan ringkasan dalam berbagai bahasa
selain Inggris. Misalnya, beberapa jurnal di bidang ilmu sosial dan humaniora
memungkinkan penulis untuk menyertakan abstrak dalam bahasa asli mereka selain
dalam bahasa Inggris (Pérez-Llantada, 2012).
Selain itu, beberapa editor juga mulai membuka
peluang bagi penulis dari negara-negara non-berbahasa Inggris dengan memberikan
layanan revisi bahasa gratis atau dengan biaya minimal. Ini bertujuan untuk
mengurangi hambatan linguistik tanpa mengorbankan kualitas penelitian
(Englander, 2019).
Editor juga mulai lebih sadar akan pentingnya
ilmu pengetahuan lokal dan mulai mendukung publikasi dalam bahasa asli untuk
penelitian yang sangat terkait dengan konteks nasional atau regional. Dalam
jurnal-jurnal tertentu, artikel yang berfokus pada studi lokal kini memiliki
peluang lebih besar untuk diterbitkan, meskipun ditulis dalam bahasa selain
Inggris (Bennett, 2015).
Sikap para editor terhadap dominasi bahasa
Inggris dalam publikasi ilmiah sangat beragam. Di satu sisi, banyak yang
mendukung penggunaannya sebagai alat komunikasi ilmiah global yang efisien dan
meningkatkan visibilitas penelitian. Namun, di sisi lain, banyak editor juga
menyadari dampak negatifnya terhadap ilmuwan dari negara berkembang,
ketidakadilan linguistik, serta marginalisasi ilmu pengetahuan lokal. Oleh
karena itu, beberapa jurnal mulai mengadopsi kebijakan yang lebih inklusif,
seperti penerbitan dalam berbagai bahasa atau layanan dukungan bagi penulis
non-native English speakers. Dengan demikian, tantangan yang ditimbulkan oleh
dominasi bahasa Inggris dapat diminimalkan tanpa mengorbankan kualitas
komunikasi ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar