Selasa, 25 Maret 2025

Implikasi dan Kritik Bagian 2

 

1.     Mengapa menurut editor, hanya para sarjana dari Amerika Utara dan Inggris yang berkontribusi dalam volume yang mereka susun?

Dalam dunia akademik, terdapat kritik yang menyatakan bahwa publikasi ilmiah sering kali didominasi oleh sarjana dari Amerika Utara dan Inggris. Kritik ini menyiratkan bahwa hanya akademisi dari kawasan tersebut yang memiliki akses luas ke penerbitan bergengsi dan kesempatan untuk berkontribusi dalam volume akademik yang disusun oleh editor tertentu. Artikel ini akan mengeksplorasi alasan yang diajukan oleh editor untuk menjelaskan fenomena ini serta mempertimbangkan implikasi dari pola dominasi ini dalam dunia akademik global.

Faktor Ketersediaan dan Aksesibilitas

Salah satu alasan utama yang dikemukakan oleh editor adalah ketersediaan dan aksesibilitas sarjana dari Amerika Utara dan Inggris dalam publikasi ilmiah. Hyland (2016) menyatakan bahwa "akademisi dari negara-negara berbahasa Inggris memiliki lebih banyak akses terhadap sumber daya akademik dan jaringan penerbitan, yang memungkinkan mereka lebih aktif dalam kontribusi ilmiah" (p. 103). Dengan demikian, editor sering kali menerima lebih banyak naskah dari akademisi di kawasan tersebut dibandingkan dari negara-negara lain yang memiliki keterbatasan sumber daya.

Editor juga berpendapat bahwa jurnal dan volume akademik sering kali mendapatkan kontribusi berdasarkan jaringan profesional yang telah ada sebelumnya. Banyak editor yang memiliki hubungan akademik dengan kolega mereka di Amerika Utara dan Inggris, yang membuat mereka lebih mungkin menerima undangan untuk berkontribusi. Seperti yang dinyatakan oleh Swales (2004), "jejaring akademik memainkan peran penting dalam siapa yang mendapatkan kesempatan untuk menerbitkan, karena kolaborasi ilmiah sering kali didasarkan pada hubungan profesional yang sudah terjalin" (p. 87).

Penguasaan Bahasa Inggris sebagai Hambatan

Hambatan bahasa juga menjadi faktor yang sering dikemukakan oleh editor dalam menjelaskan dominasi akademisi Amerika Utara dan Inggris dalam publikasi ilmiah. Lillis dan Curry (2010) mengamati bahwa "kemampuan untuk menulis dalam bahasa Inggris akademik yang memenuhi standar jurnal internasional sering kali menjadi hambatan bagi akademisi dari negara-negara non-bahasa Inggris" (p. 152). Editor sering kali lebih cenderung menerima kontribusi dari penulis yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik karena mengurangi beban penyuntingan dan meningkatkan kualitas naskah yang diterbitkan.

Editor juga menekankan bahwa banyak akademisi dari negara berkembang tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menyewa layanan penyuntingan profesional guna meningkatkan kualitas bahasa tulisan mereka. Akibatnya, mereka sering mengalami penolakan dalam proses peer-review karena kendala bahasa dan gaya penulisan yang tidak sesuai dengan standar jurnal internasional.

Standar Akademik dan Reputasi Jurnal

Argumen lain yang sering diajukan oleh editor adalah bahwa standar akademik dan reputasi jurnal memainkan peran penting dalam seleksi kontribusi. Menurut Flowerdew (2015), "editor jurnal sering kali berusaha untuk mempertahankan standar akademik tertentu yang lebih mudah dipenuhi oleh akademisi dari Amerika Utara dan Inggris karena mereka telah terbiasa dengan sistem publikasi yang ketat" (p. 112). Dengan kata lain, akademisi dari kawasan tersebut memiliki lebih banyak pengalaman dalam menulis artikel yang sesuai dengan standar jurnal internasional.

Selain itu, banyak jurnal dan penerbit akademik bergengsi yang berbasis di Amerika Utara dan Inggris memiliki kebijakan ketat terkait proses seleksi dan peer-review. Hal ini membuat editor lebih cenderung memilih kontributor dari universitas dan institusi yang sudah memiliki reputasi tinggi, yang sebagian besar berlokasi di negara-negara tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Pérez-Llantada (2012), "proses seleksi akademik sering kali berorientasi pada kredibilitas institusi, yang menyebabkan bias terhadap akademisi dari universitas-universitas ternama di dunia Barat" (p. 98).

Tantangan yang Dihadapi Akademisi dari Negara Berkembang

Selain hambatan bahasa dan aksesibilitas, akademisi dari negara berkembang juga menghadapi berbagai tantangan struktural yang membatasi peluang mereka untuk berkontribusi dalam publikasi ilmiah internasional. Salager-Meyer (2014) mencatat bahwa "kurangnya pendanaan untuk penelitian, akses terbatas ke jurnal-jurnal internasional, dan rendahnya tingkat dukungan institusional menjadi kendala utama bagi akademisi dari negara-negara berkembang" (p. 145). Faktor-faktor ini membuat mereka lebih sulit untuk bersaing dengan akademisi dari negara-negara maju dalam mengajukan kontribusi ke jurnal dan volume akademik yang disusun oleh editor.

Selain itu, editor sering kali menerima lebih sedikit kiriman dari akademisi di negara berkembang karena kurangnya kesadaran tentang peluang publikasi internasional. Dalam banyak kasus, akademisi dari negara berkembang lebih cenderung menerbitkan karya mereka di jurnal lokal yang lebih mudah diakses dan tidak memerlukan tingkat persaingan yang tinggi.

Upaya untuk Meningkatkan Inklusivitas

Meskipun editor sering membela dominasi akademisi Amerika Utara dan Inggris dalam publikasi ilmiah, banyak yang juga mulai mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan inklusivitas. Salah satu strategi yang diadopsi adalah secara aktif mengundang akademisi dari berbagai negara untuk berkontribusi dalam jurnal dan volume akademik. Lillis dan Curry (2010) menyarankan bahwa "editor harus secara proaktif mencari akademisi dari berbagai belahan dunia dan memberikan bimbingan dalam proses publikasi untuk meningkatkan keterwakilan global" (p. 178).

Selain itu, beberapa jurnal juga telah mulai menyediakan layanan penyuntingan bahasa gratis atau diskon bagi akademisi dari negara berkembang untuk membantu mereka mengatasi hambatan bahasa. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa lebih banyak suara dari berbagai latar belakang budaya dapat masuk ke dalam wacana akademik global.

Editor jurnal ilmiah sering kali membela dominasi akademisi Amerika Utara dan Inggris dalam publikasi ilmiah dengan mengemukakan berbagai alasan, termasuk faktor aksesibilitas, jejaring akademik, hambatan bahasa, serta standar akademik yang ketat. Namun, meskipun alasan-alasan ini dapat menjelaskan fenomena yang terjadi, tetap ada tantangan yang harus diatasi agar publikasi ilmiah lebih inklusif dan representatif dari berbagai perspektif global.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang pentingnya inklusivitas dalam publikasi akademik, banyak editor telah mulai mengambil langkah-langkah untuk memperluas akses bagi akademisi dari berbagai negara. Langkah-langkah ini, seperti meningkatkan dukungan bagi akademisi dari negara berkembang dan memperkenalkan kebijakan editorial yang lebih inklusif, dapat membantu menciptakan sistem publikasi ilmiah yang lebih adil dan beragam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar