Jumat, 14 Maret 2025

Penyebaran dan Pengaruh Linguistik Terapan bagian 2

 

1.     Mengapa Istilah "Linguistik Terapan" Kurang Umum Digunakan di Australia dan Selandia Baru pada Awalnya?

Linguistik terapan sebagai sebuah disiplin akademik mengalami perkembangan yang berbeda di berbagai belahan dunia. Sementara di Amerika Utara dan Eropa istilah ini dengan cepat mendapatkan pengakuan luas, di Australia dan Selandia Baru istilah "linguistik terapan" pada awalnya kurang umum digunakan. Artikel ini akan membahas alasan di balik fenomena tersebut dengan menelaah konteks historis, kebijakan pendidikan, serta perkembangan akademik di kedua negara tersebut.

1. Fokus Awal pada Linguistik Deskriptif dan Antropologi Bahasa

Salah satu alasan utama mengapa istilah "linguistik terapan" kurang dikenal di Australia dan Selandia Baru pada awalnya adalah karena dominasi studi linguistik deskriptif dan antropologi bahasa. Sejak awal abad ke-20, banyak penelitian linguistik di Australia berfokus pada dokumentasi bahasa-bahasa pribumi. Menurut Dixon (1980), "the primary concern of Australian linguists was to describe and preserve the rapidly disappearing Indigenous languages rather than to apply linguistic theories to language education or policy" (hlm. 45).

Di Selandia Baru, perhatian akademik juga lebih banyak diarahkan pada kajian bahasa Māori, terutama dalam konteks revitalisasi bahasa. Pada periode awal, studi bahasa lebih diarahkan pada pelestarian dan studi komparatif, daripada penerapan linguistik dalam bidang praktis seperti pendidikan bahasa atau kebijakan bahasa (Benton, 1985).

2. Peran Tradisi Filologi dan Studi Bahasa Klasik

Australia dan Selandia Baru memiliki tradisi pendidikan yang dipengaruhi oleh model pendidikan Inggris, yang secara historis lebih berfokus pada filologi dan studi bahasa klasik. Pada pertengahan abad ke-20, kurikulum linguistik di universitas-universitas di Australia dan Selandia Baru masih sangat dipengaruhi oleh pendekatan tradisional terhadap studi bahasa, yang lebih menekankan pada aspek sejarah dan struktural bahasa daripada penerapan linguistik dalam konteks nyata.

Halliwell (1991) mencatat bahwa "the dominance of classical and structural linguistics in Australian universities meant that applied linguistics was not initially seen as a distinct and necessary discipline" (hlm. 98). Akibatnya, istilah "linguistik terapan" tidak memperoleh tempat yang menonjol dalam akademisi di kedua negara tersebut pada tahap awal.

3. Pengaruh British Linguistics Association dan Kebijakan Akademik

Tidak seperti di Amerika Utara, di mana linguistik terapan berkembang melalui pengaruh American Association for Applied Linguistics (AAAL), Australia dan Selandia Baru lebih dipengaruhi oleh British Linguistics Association. Organisasi ini cenderung berfokus pada aspek teoretis linguistik dan kurang menekankan aplikasi praktis linguistik dalam pendidikan bahasa.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kaplan (1997), "applied linguistics in Australia did not gain early traction because academic policies and professional networks were more aligned with the theoretical focus of British linguistics rather than the pragmatic, solution-oriented approach seen in North America" (hlm. 120). Hal ini menjelaskan mengapa istilah "linguistik terapan" tidak segera menjadi bagian utama dari diskursus akademik di Australia dan Selandia Baru.

4. Kebijakan Pendidikan dan Pendekatan Tradisional dalam Pengajaran Bahasa

Di Australia dan Selandia Baru, pengajaran bahasa asing pada awalnya mengikuti metode tradisional berbasis tata bahasa-terjemahan (grammar-translation method). Pendekatan ini menitikberatkan pada pemahaman aturan gramatikal dan penerjemahan teks tanpa banyak mempertimbangkan aspek komunikasi atau penggunaan bahasa dalam konteks nyata. Hal ini berbeda dengan perkembangan di Amerika Serikat dan Kanada, di mana linguistik terapan lebih cepat berkembang karena kebutuhan akan pengajaran bahasa kedua yang lebih efektif, terutama setelah Perang Dunia II.

Liddicoat (2007) menjelaskan bahwa "language teaching policies in Australia were slow to incorporate applied linguistics insights because traditional methods were deeply entrenched and there was little institutional pressure to change until the late 20th century" (hlm. 67). Ini menyebabkan perkembangan linguistik terapan di Australia lebih lambat dibandingkan dengan di Amerika Utara atau Eropa.

5. Perubahan dan Pertumbuhan Linguistik Terapan di Australia dan Selandia Baru

Meskipun istilah "linguistik terapan" pada awalnya kurang umum digunakan di Australia dan Selandia Baru, situasi mulai berubah sejak tahun 1970-an. Dengan meningkatnya permintaan untuk pengajaran bahasa Inggris bagi penutur bahasa kedua (TESOL), kebijakan bilingualisme, dan penelitian dalam teknologi bahasa, studi linguistik terapan mulai berkembang lebih pesat.

Pada tahun 1980-an, Australia mulai mengalami pergeseran besar dalam kebijakan linguistik dengan diperkenalkannya National Policy on Languages (Lo Bianco, 1987), yang menekankan pentingnya penelitian berbasis linguistik terapan dalam perencanaan bahasa dan pengajaran bahasa. Sejak itu, Australia menjadi salah satu pusat penelitian linguistik terapan yang paling berkembang di dunia, dengan banyak universitas menawarkan program studi khusus dalam bidang ini.

Selandia Baru juga mengalami perkembangan yang serupa, terutama dalam penelitian tentang revitalisasi bahasa Māori dan peran linguistik terapan dalam pendidikan bahasa. Pemerintah Selandia Baru mulai mengadopsi pendekatan berbasis linguistik terapan untuk mendukung kebijakan bahasa pribumi dan pendidikan bilingual di sekolah-sekolah (May, 2005).

Pada awalnya, istilah "linguistik terapan" kurang umum digunakan di Australia dan Selandia Baru karena beberapa alasan utama: dominasi linguistik deskriptif dan antropologi bahasa, pengaruh tradisi filologi dan studi bahasa klasik, kebijakan akademik yang lebih dekat dengan tradisi linguistik Inggris, serta pendekatan konservatif dalam pengajaran bahasa. Namun, sejak tahun 1970-an dan 1980-an, perkembangan linguistik terapan di kedua negara ini mengalami percepatan, terutama karena perubahan kebijakan pendidikan bahasa dan peningkatan kebutuhan akan penelitian dalam pengajaran bahasa dan kebijakan linguistik.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa meskipun linguistik terapan mengalami keterlambatan awal di Australia dan Selandia Baru dibandingkan dengan Amerika Utara dan Eropa, saat ini kedua negara telah menjadi bagian integral dari komunitas akademik linguistik terapan global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar