1. Mengapa
Istilah "Linguistik Terapan" Kurang Umum Digunakan
di Australia dan Selandia Baru pada Awalnya?
Linguistik terapan sebagai sebuah disiplin
akademik mengalami perkembangan yang berbeda di berbagai belahan dunia.
Sementara di Amerika Utara dan Eropa istilah ini dengan cepat mendapatkan
pengakuan luas, di Australia dan Selandia Baru istilah "linguistik
terapan" pada awalnya kurang umum digunakan. Artikel ini akan membahas
alasan di balik fenomena tersebut dengan menelaah konteks historis, kebijakan
pendidikan, serta perkembangan akademik di kedua negara tersebut.
1. Fokus Awal pada Linguistik Deskriptif dan Antropologi Bahasa
Salah satu alasan utama mengapa istilah
"linguistik terapan" kurang dikenal di Australia dan Selandia Baru
pada awalnya adalah karena dominasi studi linguistik deskriptif dan antropologi
bahasa. Sejak awal abad ke-20, banyak penelitian linguistik di Australia
berfokus pada dokumentasi bahasa-bahasa pribumi. Menurut Dixon (1980),
"the primary concern of Australian linguists was to describe and preserve
the rapidly disappearing Indigenous languages rather than to apply linguistic
theories to language education or policy" (hlm. 45).
Di Selandia Baru, perhatian akademik juga lebih
banyak diarahkan pada kajian bahasa Māori, terutama dalam konteks revitalisasi
bahasa. Pada periode awal, studi bahasa lebih diarahkan pada pelestarian dan
studi komparatif, daripada penerapan linguistik dalam bidang praktis seperti
pendidikan bahasa atau kebijakan bahasa (Benton, 1985).
2. Peran Tradisi Filologi dan Studi Bahasa Klasik
Australia dan Selandia Baru memiliki tradisi
pendidikan yang dipengaruhi oleh model pendidikan Inggris, yang secara historis
lebih berfokus pada filologi dan studi bahasa klasik. Pada pertengahan abad
ke-20, kurikulum linguistik di universitas-universitas di Australia dan
Selandia Baru masih sangat dipengaruhi oleh pendekatan tradisional terhadap
studi bahasa, yang lebih menekankan pada aspek sejarah dan struktural bahasa
daripada penerapan linguistik dalam konteks nyata.
Halliwell (1991) mencatat bahwa "the
dominance of classical and structural linguistics in Australian universities
meant that applied linguistics was not initially seen as a distinct and
necessary discipline" (hlm. 98). Akibatnya, istilah "linguistik
terapan" tidak memperoleh tempat yang menonjol dalam akademisi di kedua
negara tersebut pada tahap awal.
3.
Pengaruh British Linguistics Association dan Kebijakan Akademik
Tidak seperti di Amerika Utara, di mana
linguistik terapan berkembang melalui pengaruh American Association for Applied
Linguistics (AAAL), Australia dan Selandia Baru lebih dipengaruhi oleh British
Linguistics Association. Organisasi ini cenderung berfokus pada aspek teoretis
linguistik dan kurang menekankan aplikasi praktis linguistik dalam pendidikan
bahasa.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kaplan
(1997), "applied linguistics in Australia did not gain early traction
because academic policies and professional networks were more aligned with the
theoretical focus of British linguistics rather than the pragmatic,
solution-oriented approach seen in North America" (hlm. 120). Hal ini
menjelaskan mengapa istilah "linguistik terapan" tidak segera menjadi
bagian utama dari diskursus akademik di Australia dan Selandia Baru.
4. Kebijakan Pendidikan dan Pendekatan Tradisional dalam Pengajaran
Bahasa
Di Australia dan Selandia Baru, pengajaran bahasa
asing pada awalnya mengikuti metode tradisional berbasis tata bahasa-terjemahan
(grammar-translation method). Pendekatan ini menitikberatkan pada pemahaman
aturan gramatikal dan penerjemahan teks tanpa banyak mempertimbangkan aspek
komunikasi atau penggunaan bahasa dalam konteks nyata. Hal ini berbeda dengan
perkembangan di Amerika Serikat dan Kanada, di mana linguistik terapan lebih
cepat berkembang karena kebutuhan akan pengajaran bahasa kedua yang lebih
efektif, terutama setelah Perang Dunia II.
Liddicoat (2007) menjelaskan bahwa "language
teaching policies in Australia were slow to incorporate applied linguistics
insights because traditional methods were deeply entrenched and there was
little institutional pressure to change until the late 20th century" (hlm.
67). Ini menyebabkan perkembangan linguistik terapan di Australia lebih lambat
dibandingkan dengan di Amerika Utara atau Eropa.
5. Perubahan dan Pertumbuhan Linguistik Terapan di Australia dan
Selandia Baru
Meskipun istilah "linguistik terapan"
pada awalnya kurang umum digunakan di Australia dan Selandia Baru, situasi
mulai berubah sejak tahun 1970-an. Dengan meningkatnya permintaan untuk
pengajaran bahasa Inggris bagi penutur bahasa kedua (TESOL), kebijakan
bilingualisme, dan penelitian dalam teknologi bahasa, studi linguistik terapan
mulai berkembang lebih pesat.
Pada tahun 1980-an, Australia mulai mengalami
pergeseran besar dalam kebijakan linguistik dengan diperkenalkannya National
Policy on Languages (Lo Bianco, 1987), yang menekankan pentingnya penelitian
berbasis linguistik terapan dalam perencanaan bahasa dan pengajaran bahasa.
Sejak itu, Australia menjadi salah satu pusat penelitian linguistik terapan
yang paling berkembang di dunia, dengan banyak universitas menawarkan program
studi khusus dalam bidang ini.
Selandia Baru juga mengalami perkembangan yang
serupa, terutama dalam penelitian tentang revitalisasi bahasa Māori dan peran
linguistik terapan dalam pendidikan bahasa. Pemerintah Selandia Baru mulai
mengadopsi pendekatan berbasis linguistik terapan untuk mendukung kebijakan
bahasa pribumi dan pendidikan bilingual di sekolah-sekolah (May, 2005).
Pada awalnya, istilah "linguistik
terapan" kurang umum digunakan di Australia dan Selandia Baru karena
beberapa alasan utama: dominasi linguistik deskriptif dan antropologi bahasa,
pengaruh tradisi filologi dan studi bahasa klasik, kebijakan akademik yang
lebih dekat dengan tradisi linguistik Inggris, serta pendekatan konservatif
dalam pengajaran bahasa. Namun, sejak tahun 1970-an dan 1980-an, perkembangan
linguistik terapan di kedua negara ini mengalami percepatan, terutama karena
perubahan kebijakan pendidikan bahasa dan peningkatan kebutuhan akan penelitian
dalam pengajaran bahasa dan kebijakan linguistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar