Resensi buku adalah salah satu bentuk kritik dan apresiasi terhadap suatu
karya tulis yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai isi, kelebihan,
dan kekurangan buku tersebut. Dalam menulis resensi, terdapat beberapa unsur
penting yang harus diperhatikan agar ulasan yang disampaikan dapat memberikan
informasi yang jelas dan mendalam kepada pembaca. Unsur-unsur tersebut mencakup
tema, gaya bahasa, alur, karakter, dan pesan moral. Menurut Abrams dan Harpham
(2015), unsur-unsur ini menjadi fondasi utama dalam menganalisis dan
mengevaluasi suatu karya sastra atau buku secara objektif dan sistematis.
1. Tema dalam Resensi Buku
Tema merupakan gagasan utama yang diusung dalam sebuah buku, baik itu fiksi
maupun non-fiksi. Tema menjadi landasan bagi seluruh isi buku dan mengarahkan
jalannya cerita atau pembahasan. Dalam karya sastra, tema dapat berupa
perjuangan, cinta, persahabatan, konflik sosial, atau bahkan isu-isu
kontemporer seperti lingkungan dan teknologi (Eagleton, 2016). Sedangkan dalam
buku non-fiksi, tema bisa berkisar pada bidang tertentu seperti pendidikan,
politik, ekonomi, atau psikologi.
Dalam resensi buku, mengidentifikasi dan mengulas tema menjadi hal yang
penting karena membantu pembaca memahami inti dari buku tersebut. Misalnya,
dalam resensi sebuah novel, resensator dapat menjelaskan bagaimana tema cinta
dalam cerita dikembangkan melalui hubungan antar karakter dan konflik yang
terjadi. Sementara dalam buku non-fiksi, resensator dapat membahas bagaimana
penulis mengembangkan tema utama melalui argumen, data, dan analisis yang
diberikan (Murray, 2020).
2. Gaya Bahasa dalam Resensi Buku
Gaya bahasa adalah cara penulis menyampaikan gagasan melalui pilihan kata,
struktur kalimat, dan penggunaan majas atau teknik literasi lainnya. Gaya
bahasa sangat menentukan bagaimana pembaca memahami dan merespons suatu buku.
Menurut Nurgiyantoro (2018), gaya bahasa dalam sebuah karya dapat bervariasi,
mulai dari yang sederhana dan lugas hingga yang penuh dengan metafora dan
simbolisme.
Dalam resensi, gaya bahasa buku yang diulas perlu dikomentari apakah buku
tersebut menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau terlalu kompleks.
Misalnya, dalam novel sastra, penulis mungkin menggunakan banyak metafora untuk
memperkaya estetika narasi, sementara dalam buku ilmiah, bahasa yang digunakan
lebih teknis dan penuh istilah akademik. Jika buku menggunakan bahasa yang
terlalu rumit tanpa penjelasan yang memadai, resensator dapat mencatatnya
sebagai salah satu kekurangan (Smith, 2019).
Selain itu, gaya bahasa juga dapat mencerminkan nada atau suasana dalam buku
tersebut. Misalnya, sebuah novel detektif mungkin memiliki gaya bahasa yang
penuh ketegangan dan intrik, sedangkan buku motivasi cenderung memiliki gaya
bahasa yang menginspirasi dan persuasif. Oleh karena itu, mengulas gaya bahasa
dalam resensi membantu calon pembaca mendapatkan gambaran apakah mereka akan
nyaman dengan cara penyampaian penulis (Thompson, 2017).
3. Alur dalam Resensi Buku
Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya cerita
dalam sebuah buku fiksi. Alur menentukan bagaimana cerita berkembang dari awal
hingga akhir, serta bagaimana konflik dalam cerita disusun dan diselesaikan.
Menurut Freytag (2018), alur dalam sebuah karya sastra umumnya terdiri dari
lima tahap, yaitu:
1. Eksposisi
– Bagian pengenalan yang memperkenalkan karakter, latar, dan situasi awal
cerita.
2. Rising
Action – Munculnya konflik yang mulai membangun ketegangan.
3. Klimaks
– Titik puncak ketegangan atau peristiwa paling dramatis dalam cerita.
4. Falling
Action – Penyelesaian konflik dan penurunan ketegangan.
5. Resolusi
– Akhir cerita yang memberikan kesimpulan terhadap konflik yang terjadi.
Dalam resensi buku, resensator dapat menilai apakah alur dalam buku tersebut
tersusun dengan baik, menarik, atau justru membingungkan. Alur yang terlalu
lambat atau terlalu cepat dapat memengaruhi kenyamanan pembaca dalam menikmati
cerita. Selain itu, resensator juga bisa mengomentari apakah alur yang
digunakan linier (berurutan dari awal hingga akhir) atau non-linier
(menggunakan teknik kilas balik atau maju-mundur dalam waktu) (Murray, 2020).
4. Karakter dalam Resensi Buku
Karakter adalah tokoh-tokoh yang menggerakkan cerita dalam sebuah karya
fiksi. Karakter dalam cerita bisa berupa protagonis (tokoh utama yang
menghadapi konflik), antagonis (tokoh yang menentang protagonis), serta tokoh pendukung
lainnya. Menurut Forster (2017), karakter dapat dikategorikan menjadi:
·
Karakter Dinamis – Tokoh yang
mengalami perkembangan atau perubahan selama cerita berlangsung.
·
Karakter Statis – Tokoh yang
tidak mengalami perubahan signifikan sepanjang cerita.
·
Karakter Bundar (Round Character)
– Tokoh yang memiliki kepribadian kompleks dan banyak sisi.
·
Karakter Datar (Flat Character)
– Tokoh yang hanya memiliki satu atau dua karakteristik yang dominan.
Dalam resensi, resensator dapat mengevaluasi sejauh mana karakter dalam buku
dikembangkan. Apakah karakter terasa realistis dan memiliki kedalaman emosi?
Apakah karakter memiliki motivasi yang jelas dalam bertindak? Jika karakter
terasa terlalu satu dimensi atau tidak konsisten, hal ini bisa menjadi kritik
dalam resensi. Sebaliknya, jika penulis berhasil menciptakan karakter yang kuat
dan berkesan, ini bisa menjadi salah satu keunggulan buku tersebut (Smith,
2019).
5. Pesan Moral dalam Resensi Buku
Pesan moral adalah nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh penulis melalui
buku yang ditulisnya. Pesan moral sering kali tersirat dalam cerita melalui
tindakan karakter, peristiwa yang terjadi, atau dialog antar tokoh. Dalam buku
non-fiksi, pesan moral dapat berupa wawasan atau pelajaran yang bisa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari (Eagleton, 2016).
Dalam resensi buku, resensator dapat mengulas bagaimana pesan moral
disampaikan oleh penulis dan seberapa relevan pesan tersebut dengan kehidupan
pembaca. Misalnya, dalam novel bertema persahabatan, pesan moral yang disampaikan
bisa berupa pentingnya kesetiaan dan pengorbanan dalam hubungan antar manusia.
Dalam buku motivasi, pesan moral bisa berupa dorongan untuk mengembangkan
potensi diri dan menghadapi tantangan hidup dengan optimisme.
Selain itu, penting untuk menilai apakah pesan moral dalam buku disampaikan
secara halus atau terlalu eksplisit. Pesan moral yang terlalu didaktis atau
terkesan menggurui dapat mengurangi daya tarik cerita, sementara pesan moral
yang disampaikan secara alami melalui perkembangan karakter dan alur cerita
cenderung lebih efektif dan berkesan bagi pembaca (Thompson, 2017).
Kesimpulan
Unsur-unsur penting dalam resensi buku mencakup tema, gaya bahasa, alur,
karakter, dan pesan moral. Tema memberikan gambaran tentang ide utama yang
diusung dalam buku, sementara gaya bahasa menentukan bagaimana pesan
disampaikan kepada pembaca. Alur membentuk struktur cerita dan menentukan
bagaimana konflik berkembang, sedangkan karakter menghidupkan cerita melalui
kepribadian dan interaksi mereka. Pesan moral berfungsi sebagai nilai atau
pelajaran yang dapat diambil dari buku tersebut. Dengan memahami dan mengulas
unsur-unsur ini dalam resensi, pembaca dapat memperoleh wawasan yang lebih
mendalam tentang suatu buku sebelum memutuskan untuk membacanya.
Daftar Pustaka
·
Abrams, M. H., & Harpham, G. G. (2015). A
glossary of literary terms. Cengage Learning.
·
Eagleton, T. (2016). Literary theory: An
introduction. John Wiley & Sons.
·
Forster, E. M. (2017). Aspects of the novel.
Houghton Mifflin Harcourt.
·
Murray, S. (2020). The digital literary
sphere: Reading, writing, and selling books in the internet era. Johns
Hopkins University Press.
·
Nurgiyantoro, B. (2018). Teori pengkajian
fiksi. Gadjah Mada University Press.
·
Smith, J. (2019). Reading and literacy in
the digital age. Routledge.