Menulis |
Pendahuluan
Menulis adalah keterampilan yang memerlukan latihan, ketekunan, dan
kedisiplinan. Banyak penulis pemula bahkan yang sudah berpengalaman sering
mengeluh sulit untuk tetap konsisten menulis setiap hari. Meskipun mereka
menyadari bahwa konsistensi adalah kunci untuk menyelesaikan proyek penulisan
seperti buku, artikel, atau blog, realitasnya tidak mudah mempertahankan
kebiasaan tersebut dalam jangka panjang.
Lalu, bagaimana cara penulis produktif menjaga ritme menulis mereka? Apa
rahasia di balik kemampuan untuk terus menulis meski dalam keadaan sibuk,
lelah, atau bahkan saat tidak memiliki inspirasi? Artikel ini akan mengupas
secara mendalam rahasia menjaga konsistensi menulis setiap hari berdasarkan
hasil studi, pengalaman penulis ternama, dan strategi praktis yang bisa
diterapkan oleh siapa saja.
1. Mengapa
Konsistensi Menulis itu Penting?
Konsistensi menulis tidak hanya penting untuk menyelesaikan proyek, tetapi
juga berdampak besar pada perkembangan keterampilan menulis itu sendiri.
Menurut Lamott (1994), menulis adalah pekerjaan rutin seperti pekerjaan
lainnya, yang harus dilakukan setiap hari agar ide dan gaya penulisan menjadi
terasah.
“You don’t have to write well every day. You just have to write every
day.” (Lamott, 1994, p. 27)
Banyak penulis sukses seperti Stephen King, Haruki Murakami, atau Elizabeth
Gilbert dikenal karena kedisiplinan menulis harian mereka. Mereka tidak
menunggu inspirasi datang, tetapi menciptakan ruang dan waktu untuk menulis
secara rutin.
2. Menentukan Tujuan dan Motivasi Pribadi
Langkah awal untuk membangun konsistensi adalah dengan mengetahui alasan
mengapa Anda menulis. Tanpa tujuan yang jelas, semangat untuk menulis
akan mudah luntur di tengah kesibukan atau rasa malas.
Pertanyaan reflektif yang
bisa diajukan:
·
Apakah saya menulis untuk
berbagi pengetahuan?
·
Apakah saya ingin
menyelesaikan sebuah buku?
·
Apakah menulis menjadi
sarana pengembangan diri saya?
Menurut Deci dan Ryan (2000), motivasi yang bersifat intrinsik (motivasi
dari dalam diri sendiri) lebih efektif dalam mendorong kebiasaan jangka panjang
dibandingkan motivasi ekstrinsik.
3. Membuat
Jadwal Menulis yang Realistis
Salah satu rahasia utama untuk menjaga konsistensi menulis adalah membuat
jadwal tetap yang dapat dijalankan setiap hari. Kebiasaan terbentuk
dari rutinitas yang berulang.
Menurut Duhigg (2012), setiap kebiasaan terdiri dari tiga elemen: pemicu,
rutinitas, dan hadiah. Jika menulis dijadikan bagian dari rutinitas harian yang
ditentukan waktunya secara spesifik (misalnya menulis setiap pagi pukul
06.00–06.30), maka kemungkinan untuk mempertahankannya jauh lebih besar.
Tips membuat jadwal:
·
Tentukan waktu terbaik
(pagi, malam, atau saat istirahat siang)
·
Gunakan timer (misalnya
metode Pomodoro: 25 menit menulis, 5 menit istirahat)
·
Gunakan aplikasi seperti
Google Calendar atau Notion untuk mengingatkan
4. Menulis dengan Kuota Harian
Beberapa penulis menentukan target jumlah kata harian,
misalnya 300–1000 kata per hari. Strategi ini membantu penulis tetap berada
dalam jalur produktivitas tanpa merasa terbebani harus menulis satu bab
sekaligus.
Stephen King, dalam bukunya On Writing, mengaku menargetkan menulis
2000 kata setiap hari dan tidak pernah mengizinkan dirinya untuk berhenti
sebelum mencapai target (King, 2000).
Jika jumlah kata terasa menakutkan, bisa diganti dengan target waktu.
Misalnya, “Saya akan menulis minimal 20 menit setiap hari.”
5.
Menciptakan Ruang Menulis yang Nyaman
Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas menulis.
Menyiapkan ruang khusus untuk menulis, meskipun hanya sudut meja kecil di
rumah, membantu memberi sinyal kepada otak bahwa “ini saatnya menulis”.
Menurut Csikszentmihalyi (1990), kondisi “flow” atau tenggelam dalam
aktivitas kreatif bisa lebih mudah dicapai saat lingkungan mendukung dan minim
distraksi.
Tips:
·
Jauhkan ponsel atau matikan
notifikasi saat menulis
·
Gunakan musik instrumental
atau white noise jika itu membantu konsentrasi
·
Miliki perlengkapan menulis
yang nyaman (notebook, laptop, pena, dll.)
6. Menerima Bahwa Tidak Semua Tulisan Harus Sempurna
Salah satu penghalang utama konsistensi menulis adalah perfeksionisme.
Banyak penulis yang menunda menulis karena merasa harus menghasilkan tulisan
bagus setiap kali menulis.
Anne Lamott menyebut bahwa semua penulis menulis “shitty first drafts”—draf
awal yang berantakan, dan itu normal. Tujuan menulis setiap hari bukan untuk
menghasilkan karya sempurna, melainkan untuk membiasakan diri
menuangkan ide.
“Almost all good writing begins with terrible first efforts. You need to
start somewhere.” (Lamott, 1994, p. 25)
7. Temukan Komunitas atau Partner Menulis
Menulis bisa menjadi aktivitas yang kesepian. Oleh karena itu, penting untuk
bergabung dengan komunitas atau mencari partner menulis yang bisa memberi
dukungan moral, motivasi, dan bahkan tantangan.
Komunitas menulis daring seperti Kampus Fiksi, Goodreads Indonesia,
Wattpad, atau forum seperti Medium dan Substack bisa
menjadi tempat berbagi dan belajar. Menurut Vygotsky (1978), proses belajar
akan lebih efektif ketika dilakukan secara sosial, melalui interaksi dan
kolaborasi.
8. Gunakan
Teknologi untuk Membantu Disiplin
Ada banyak aplikasi dan alat digital yang dirancang khusus untuk membantu
menjaga konsistensi menulis, seperti:
·
750words.com:
Mendorong menulis minimal 750 kata setiap hari
·
Scrivener:
Alat manajemen naskah dengan fitur target harian
·
FocusWriter:
Aplikasi bebas distraksi untuk menulis
·
Grammarly atau
ProWritingAid: Membantu mengecek kualitas tulisan secara otomatis
9. Buat
Ritual Sebelum dan Sesudah Menulis
Membangun rutinitas kecil sebelum dan sesudah menulis bisa menjadi “pemicu”
psikologis agar otak masuk ke mode menulis. Contohnya:
·
Minum kopi sebelum menulis
·
Membaca kutipan
inspirasional
·
Mendengarkan musik yang
membangkitkan semangat
·
Menutup sesi menulis dengan
menuliskan catatan kecil untuk esok hari
Ritual ini, menurut Clear (2018), adalah bagian dari “habit stacking” atau
menumpuk kebiasaan agar lebih mudah dijalankan secara konsisten.
10. Dokumentasikan Proses dan Rayakan Kemajuan
Terakhir, dokumentasikan kemajuan menulis Anda. Simpan catatan jumlah kata
harian, ide-ide tulisan, atau perasaan setelah menulis. Ini tidak hanya menjadi
motivasi, tetapi juga bukti bahwa Anda sedang membangun kebiasaan besar melalui
langkah kecil.
Jangan lupa juga merayakan pencapaian—sekecil apa pun. Misalnya:
·
Menulis tanpa putus selama
7 hari: traktir diri sendiri kopi
·
Menyelesaikan 10.000 kata:
beli buku baru
Menurut Amabile dan Kramer (2011), kemajuan harian dalam pekerjaan kreatif
(meskipun kecil) dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan jangka panjang.
Kesimpulan
Konsistensi menulis setiap hari bukanlah hasil dari motivasi sesaat,
melainkan buah dari sistem, niat, dan kebiasaan yang dibangun dengan sadar.
Menentukan waktu khusus, menetapkan tujuan harian, menyingkirkan distraksi,
bergabung dengan komunitas, serta menerima bahwa tidak semua tulisan harus
sempurna adalah sebagian dari strategi yang bisa diterapkan.
Kunci utamanya bukan terletak pada seberapa banyak Anda menulis dalam satu
waktu, melainkan pada kesediaan Anda untuk terus kembali ke halaman
kosong—setiap hari. Dengan tekad dan teknik yang tepat, kebiasaan
menulis harian dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang
penulis yang produktif dan profesional.
Daftar
Pustaka
·
Amabile, T. M., &
Kramer, S. J. (2011). The Progress Principle: Using Small Wins to Ignite
Joy, Engagement, and Creativity at Work. Harvard Business Press.
·
Clear, J. (2018). Atomic
Habits: An Easy & Proven Way to Build Good Habits & Break Bad Ones.
Avery.
·
Csikszentmihalyi, M.
(1990). Flow: The Psychology of Optimal Experience. Harper & Row.
·
Deci, E. L., & Ryan, R.
M. (2000). The “what” and “why” of goal pursuits: Human needs and the
self‐determination of behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227–268.
·
Duhigg, C. (2012). The
Power of Habit: Why We Do What We Do in Life and Business. Random House.
·
King, S. (2000). On
Writing: A Memoir of the Craft. Scribner.
·
Lamott, A. (1994). Bird
by Bird: Some Instructions on Writing and Life. Anchor Books.
·
Vygotsky, L. S. (1978). Mind
in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Harvard
University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar