Penggunaan Kutipan dalam Resensi: Seberapa Banyak yang
Diperbolehkan?
Menulis resensi buku tidak hanya bertujuan untuk memberikan ringkasan isi
buku, tetapi juga untuk menganalisis serta mengevaluasi berbagai aspek dari
buku tersebut. Salah satu cara untuk memperkuat analisis dalam resensi adalah
dengan menggunakan kutipan dari buku yang diulas. Penggunaan kutipan dapat
membantu pembaca memahami gaya penulisan, argumen, atau tema yang disampaikan
oleh penulis buku. Namun, ada batasan etis dan teknis dalam penggunaan kutipan
agar resensi tetap sesuai dengan prinsip keadilan, hak cipta, serta tidak
kehilangan esensinya sebagai karya ulasan yang orisinal. Artikel ini akan
membahas sejauh mana penggunaan kutipan diperbolehkan dalam resensi buku serta
cara penggunaannya secara efektif.
1. Tujuan Penggunaan Kutipan dalam Resensi
Menurut Nurgiyantoro (2018), kutipan dalam resensi berfungsi sebagai alat
pendukung untuk memperjelas analisis dan kritik yang diberikan oleh resensator.
Penggunaan kutipan dapat membantu dalam beberapa hal berikut:
1. Menunjukkan
gaya bahasa dan gaya penulisan penulis – Kutipan dapat
memberikan gambaran kepada pembaca tentang cara penulis menyusun narasi, gaya
berceritera, atau penggunaan bahasa yang khas.
2. Menguatkan
argumen resensator – Dengan mengutip bagian tertentu dari buku,
resensator dapat mendukung pendapatnya mengenai kelebihan atau kekurangan buku
tersebut.
3. Menyoroti
tema utama atau ide pokok buku – Kutipan dapat digunakan untuk
mengilustrasikan gagasan inti dari buku sehingga pembaca resensi dapat memahami
esensi yang ingin disampaikan oleh penulis buku.
4. Membantu
pembaca memahami isi buku lebih baik – Kutipan dapat memberikan
sekilas isi buku tanpa harus membocorkan terlalu banyak informasi.
2. Batasan Penggunaan Kutipan dalam Resensi
Salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam menulis resensi adalah
seberapa banyak kutipan yang boleh digunakan. Berdasarkan prinsip etika
penulisan dan hak cipta, penggunaan kutipan harus memenuhi beberapa kriteria:
1. Proporsionalitas
– Penggunaan kutipan dalam resensi tidak boleh terlalu banyak hingga membuat
resensi kehilangan karakter analisis dan evaluatifnya. Smith (2019) menyarankan
bahwa kutipan dalam resensi sebaiknya tidak melebihi 10-15% dari total teks
resensi. Jika sebuah resensi memiliki 1000 kata, maka kutipan sebaiknya tidak
lebih dari 100-150 kata.
2. Hak
Cipta dan Fair Use – Banyak negara menerapkan prinsip
"Fair Use" dalam hak cipta yang mengizinkan kutipan digunakan dalam
ulasan dan kritik, tetapi dengan batasan yang wajar. Murray (2020) menjelaskan
bahwa kutipan harus digunakan dalam konteks analisis dan tidak boleh
menggantikan atau menyajikan ulang isi buku secara utuh.
3. Konteks
yang Relevan – Kutipan harus digunakan dengan jelas dalam
konteks pembahasan tertentu. Kutipan yang digunakan secara berlebihan tanpa
analisis dapat membuat resensi terlihat seperti rangkuman buku daripada sebuah
ulasan kritis.
3. Cara Menggunakan Kutipan dengan Efektif dalam Resensi
Agar penggunaan kutipan dalam resensi tetap efektif, ada beberapa strategi
yang bisa diterapkan:
a. Memilih Kutipan yang Signifikan
Tidak semua bagian dalam buku layak dikutip. Menurut Thompson (2017),
kutipan yang baik haruslah:
·
Mewakili gagasan utama atau tema yang diangkat
dalam buku.
·
Memperlihatkan gaya penulisan atau teknik narasi
penulis.
·
Mengandung pernyataan yang kuat atau argumen
yang menarik untuk didiskusikan.
Misalnya, jika sebuah buku memiliki gaya bahasa yang unik, resensator dapat
mengutip beberapa kalimat yang menunjukkan keunikan tersebut untuk memperkuat
analisisnya.
b. Menyertakan Analisis setelah Mengutip
Resensi yang baik tidak hanya menyajikan kutipan, tetapi juga memberikan
analisis setelahnya. Murray (2020) menekankan bahwa kutipan harus selalu
diikuti oleh komentar yang menjelaskan relevansinya dengan pembahasan dalam
resensi. Sebagai contoh:
"Penulis menggunakan gaya bahasa yang penuh metafora, seperti yang
terlihat dalam kutipan berikut: ‘Langit malam adalah kanvas gelap tempat
bintang-bintang melukis kisahnya sendiri’ (Nama Penulis, Tahun, hlm. XX).
Penggunaan metafora ini memberikan nuansa puitis yang khas dan memperkuat
suasana melankolis dalam novel."
Dengan pendekatan ini, kutipan tidak hanya menjadi sisipan teks, tetapi juga
menjadi bagian yang memperkuat ulasan resensator.
c. Menghindari Kutipan yang Terlalu Panjang
Kutipan yang terlalu panjang dapat mengurangi daya tarik resensi. Sebagai
gantinya, kutipan dapat diringkas atau dipilih bagian yang paling relevan. Jika
kutipan perlu diperpendek, dapat digunakan tanda elipsis (...) untuk
menunjukkan bagian yang dihilangkan.
d. Menyertakan Sumber Kutipan dengan Format
yang Tepat
Dalam resensi akademik atau formal, penting untuk menyertakan sumber kutipan
dengan format yang benar. Menurut aturan APA Style (American Psychological
Association), format kutipan dalam teks harus mencantumkan nama penulis, tahun
terbit, dan nomor halaman. Contoh:
·
"Penggunaan kata-kata dalam novel ini
begitu kuat, seperti yang dinyatakan oleh penulis: ‘Setiap kata yang kuucapkan
seolah menjadi serpihan kenangan yang berserakan di udara’ (Nama Penulis, 2020,
hlm. 45)."
4. Kesalahan yang Harus Dihindari dalam Menggunakan Kutipan
Meskipun kutipan dapat memperkaya resensi, ada beberapa kesalahan yang harus
dihindari:
1. Menggunakan
kutipan tanpa analisis – Kutipan yang berdiri sendiri tanpa
penjelasan hanya akan membuat resensi terasa kurang mendalam.
2. Mengutip
terlalu banyak – Resensi seharusnya merupakan refleksi dan
analisis dari resensator, bukan sekadar kumpulan kutipan dari buku yang diulas.
3. Tidak
mencantumkan sumber dengan benar – Kesalahan dalam mencantumkan
sumber dapat berpotensi melanggar etika akademik dan hak cipta.
4. Menggunakan
kutipan yang tidak relevan – Kutipan harus mendukung analisis yang
diberikan dalam resensi, bukan hanya sekadar hiasan atau pemanis teks.
Kesimpulan
Penggunaan kutipan dalam resensi adalah teknik yang bermanfaat untuk
memperkuat analisis dan memberikan gambaran tentang isi buku kepada pembaca.
Namun, jumlah kutipan harus tetap proporsional, sesuai dengan prinsip hak
cipta, dan digunakan dalam konteks yang relevan. Agar efektif, kutipan harus
disertai dengan analisis yang memperjelas maknanya dalam ulasan. Dengan
menerapkan prinsip-prinsip ini, resensi dapat menjadi lebih kredibel, menarik,
dan bermanfaat bagi pembaca.
Daftar Pustaka
·
Eagleton, T. (2016). Literary theory: An
introduction. John Wiley & Sons.
·
Murray, S. (2020). The digital literary
sphere: Reading, writing, and selling books in the internet era.
Johns Hopkins University Press.
·
Nurgiyantoro, B. (2018). Teori
pengkajian fiksi. Gadjah Mada University Press.
·
Smith, J. (2019). Reading and literacy in
the digital age. Routledge.
·
Thompson, J. B. (2017). Merchants
of culture: The publishing business in the twenty-first century.
Polity Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar