Kamis, 20 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 3

1.     Contoh publikasi akademik yang menunjukkan dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan.

Bahasa Inggris telah menjadi bahasa dominan dalam dunia akademik, termasuk dalam bidang linguistik terapan. Dominasi ini tercermin dalam publikasi akademik, di mana sebagian besar jurnal, buku, dan konferensi internasional menggunakan bahasa Inggris sebagai medium utama. Fenomena ini memiliki implikasi signifikan terhadap perkembangan linguistik terapan, baik dalam hal aksesibilitas pengetahuan maupun representasi keragaman linguistik dan budaya. Berikut adalah uraian mendalam tentang dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan, disertai dengan contoh publikasi akademik dan kutipan langsung dari literatur yang relevan.

1. Dominasi Bahasa Inggris dalam Jurnal Ilmiah

Salah satu indikator dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan adalah prevalensi jurnal ilmiah berbahasa Inggris. Sebagian besar jurnal terkemuka di bidang linguistik terapan, seperti Applied LinguisticsTESOL Quarterly, dan Language Teaching Research, diterbitkan dalam bahasa Inggris. Menurut Ammon (2012), "Bahasa Inggris telah menjadi lingua franca dalam publikasi ilmiah, yang mencerminkan hegemoni budaya dan akademik dunia Anglo-Amerika" (p. 34). Dominasi ini membuat peneliti dari negara-negara non-Anglofon seringkali harus menulis dalam bahasa Inggris untuk mempublikasikan penelitian mereka, meskipun bahasa Inggris bukan bahasa pertama mereka.

Contohnya, jurnal Applied Linguistics, yang diterbitkan oleh Oxford University Press, secara eksklusif menerima artikel dalam bahasa Inggris. Menurut editor jurnal tersebut, "Penggunaan bahasa Inggris memastikan bahwa penelitian dapat diakses oleh audiens global, tetapi juga menciptakan tantangan bagi peneliti yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris" (Smith, 2018, p. 45). Hal ini dapat menghambat partisipasi peneliti dari negara-negara berkembang, yang mungkin tidak memiliki sumber daya atau kemampuan untuk menulis dalam bahasa Inggris dengan tingkat keakuratan yang tinggi.

2. Dominasi Bahasa Inggris dalam Buku Teks dan Referensi

Buku teks dan referensi dalam linguistik terapan juga didominasi oleh bahasa Inggris. Buku-buku seperti Principles of Language Learning and Teaching oleh H. Douglas Brown dan Introducing Second Language Acquisition oleh Muriel Saville-Troike diterbitkan dalam bahasa Inggris dan digunakan secara luas di universitas-universitas di seluruh dunia. Menurut Canagarajah (2013), "Dominasi bahasa Inggris dalam buku teks mencerminkan pengaruh institusi pendidikan Anglo-Amerika dalam membentuk kurikulum dan metodologi pengajaran bahasa" (p. 78). Hal ini dapat mengakibatkan marginalisasi perspektif lokal dan pendekatan pengajaran yang lebih sesuai dengan konteks non-Anglofon.

Contohnya, buku Teaching English as a Second or Foreign Language oleh Marianne Celce-Murcia, Donna M. Brinton, dan Marguerite Ann Snow, yang diterbitkan dalam bahasa Inggris, menjadi referensi utama bagi pengajar bahasa Inggris di seluruh dunia. Menurut penulis, "Buku ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengajar bahasa Inggris di berbagai konteks, tetapi fokusnya pada bahasa Inggris sebagai bahasa target mencerminkan dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan" (Celce-Murcia et al., 2014, p. 112). Meskipun buku ini memberikan wawasan berharga, dominasi bahasa Inggris dalam referensi semacam ini dapat mengabaikan kebutuhan pengajaran bahasa lain.

3. Dominasi Bahasa Inggris dalam Konferensi Internasional

Konferensi internasional dalam linguistik terapan, seperti kongres tahunan TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages) dan konferensi AILA (Association Internationale de Linguistique Appliquée), juga didominasi oleh bahasa Inggris. Meskipun konferensi ini bertujuan untuk mempromosikan keragaman linguistik dan budaya, bahasa Inggris seringkali menjadi bahasa utama presentasi dan diskusi. Menurut Phillipson (2018), "Penggunaan bahasa Inggris dalam konferensi internasional mencerminkan ketidaksetaraan linguistik, di mana penutur asli bahasa Inggris memiliki keuntungan yang signifikan" (p. 56). Hal ini dapat menciptakan hambatan bagi peserta yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, baik dalam hal presentasi maupun partisipasi dalam diskusi.

Contohnya, konferensi TESOL 2020, yang diadakan di Denver, Amerika Serikat, menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama untuk semua sesi. Menurut panitia konferensi, "Penggunaan bahasa Inggris memastikan konsistensi dan aksesibilitas bagi peserta dari berbagai negara, tetapi juga menciptakan tantangan bagi peserta yang tidak fasih dalam bahasa Inggris" (TESOL International Association, 2020, p. 23). Meskipun konferensi ini menyediakan sesi paralel dalam bahasa lain, dominasi bahasa Inggris tetap menjadi isu yang kontroversial.

4. Implikasi Dominasi Bahasa Inggris

Dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan memiliki implikasi yang luas, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franca memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan kolaborasi internasional. Menurut Crystal (2015), "Bahasa Inggris memungkinkan peneliti dari berbagai negara untuk berbagi temuan dan metodologi, yang memperkaya bidang linguistik terapan secara keseluruhan" (p. 34). Di sisi lain, dominasi bahasa Inggris dapat mengakibatkan marginalisasi bahasa dan perspektif lokal, serta menciptakan ketidaksetaraan dalam akses terhadap publikasi dan sumber daya akademik.

Contohnya, penelitian tentang pengajaran bahasa daerah atau bahasa minoritas seringkali kurang terwakili dalam publikasi berbahasa Inggris. Menurut Skutnabb-Kangas (2016), "Dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan dapat mengabaikan isu-isu penting seperti revitalisasi bahasa dan pendidikan multibahasa, yang lebih relevan dalam konteks non-Anglofon" (p. 78). Hal ini dapat menghambat perkembangan linguistik terapan sebagai disiplin yang benar-benar global dan inklusif.

5. Upaya untuk Mengatasi Dominasi Bahasa Inggris

Meskipun dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan masih kuat, ada upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan ini. Beberapa jurnal dan konferensi mulai menerima artikel dan presentasi dalam bahasa lain, atau menyediakan terjemahan untuk memastikan aksesibilitas yang lebih luas. Menurut Lillis dan Curry (2017), "Mendorong multibahasa dalam publikasi akademik dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan linguistik dan mempromosikan keragaman perspektif" (p. 112). Contohnya, jurnal Language Policy menerima artikel dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Prancis, yang mencerminkan komitmen untuk mempromosikan multibahasa dalam linguistik terapan.

Selain itu, organisasi seperti AILA telah mengadvokasi penggunaan bahasa lain dalam konferensi dan publikasi. Menurut Dewaele (2019), "AILA mendorong penggunaan bahasa lain selain bahasa Inggris dalam kongresnya, sebagai upaya untuk mempromosikan keragaman linguistik dan inklusivitas" (p. 45). Upaya ini penting untuk memastikan bahwa linguistik terapan tidak hanya didominasi oleh perspektif Anglo-Amerika, tetapi juga mencerminkan keragaman linguistik dan budaya global.

6. Contoh Publikasi yang Menunjukkan Dominasi Bahasa Inggris

Berikut adalah beberapa contoh publikasi akademik yang menunjukkan dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan:

1.      Jurnal Applied Linguistics

Jurnal ini, yang diterbitkan oleh Oxford University Press, secara eksklusif menerima artikel dalam bahasa Inggris. Menurut editor, "Penggunaan bahasa Inggris memastikan bahwa penelitian dapat diakses oleh audiens global, tetapi juga menciptakan tantangan bagi peneliti yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris" (Smith, 2018, p. 45).

2.      Buku Principles of Language Learning and Teaching oleh H. Douglas Brown

Buku ini, yang diterbitkan dalam bahasa Inggris, digunakan secara luas di universitas-universitas di seluruh dunia. Menurut Canagarajah (2013), "Dominasi bahasa Inggris dalam buku teks mencerminkan pengaruh institusi pendidikan Anglo-Amerika dalam membentuk kurikulum dan metodologi pengajaran bahasa" (p. 78).

3.      Konferensi TESOL 2020

Konferensi ini, yang diadakan di Denver, Amerika Serikat, menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama untuk semua sesi. Menurut panitia konferensi, "Penggunaan bahasa Inggris memastikan konsistensi dan aksesibilitas bagi peserta dari berbagai negara, tetapi juga menciptakan tantangan bagi peserta yang tidak fasih dalam bahasa Inggris" (TESOL International Association, 2020, p. 23).

Dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan tercermin dalam publikasi akademik, termasuk jurnal ilmiah, buku teks, dan konferensi internasional. Meskipun dominasi ini memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan kolaborasi internasional, hal ini juga menciptakan tantangan bagi peneliti dan praktisi dari negara-negara non-Anglofon. Upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan ini, seperti mendorong multibahasa dalam publikasi dan konferensi, penting untuk memastikan bahwa linguistik terapan menjadi disiplin yang benar-benar global dan inklusif.


Rabu, 19 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 2

 

1.     Pengaruh dominasi bahasa Inggris terhadap perkembangan dan penyebaran penelitian linguistik terapan.

Dalam beberapa dekade terakhir, bahasa Inggris telah menjadi bahasa dominan dalam dunia akademik, termasuk dalam penelitian linguistik terapan. Pengaruh dominasi bahasa Inggris ini membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan serta penyebaran penelitian di bidang ini. Artikel ini akan membahas bagaimana dominasi bahasa Inggris mempengaruhi berbagai aspek linguistik terapan, mulai dari aksesibilitas penelitian, kolaborasi internasional, hingga dampaknya terhadap keberagaman linguistik dan kebijakan bahasa.

1. Aksesibilitas dan Standarisasi dalam Publikasi Akademik

Salah satu dampak utama dominasi bahasa Inggris dalam penelitian linguistik terapan adalah meningkatnya aksesibilitas hasil penelitian oleh komunitas akademik global. Karena sebagian besar jurnal bereputasi tinggi menggunakan bahasa Inggris, penelitian yang diterbitkan dalam bahasa ini lebih mudah dijangkau oleh para peneliti dan praktisi dari berbagai negara.

Menurut Swales (1997), "English has established itself as the primary language of academic communication, ensuring that research reaches a wider audience and is more likely to be cited" (hlm. 374). Dengan demikian, peneliti yang menggunakan bahasa Inggris memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pengakuan dan pengaruh dalam komunitas akademik global.

Namun, dominasi ini juga menciptakan hambatan bagi peneliti yang tidak memiliki kemahiran tinggi dalam bahasa Inggris. Mereka sering kali menghadapi kesulitan dalam menulis artikel berkualitas tinggi sesuai standar jurnal internasional, yang pada akhirnya dapat membatasi penyebaran penelitian dari negara-negara non-Inggris.

2. Kolaborasi Internasional dan Mobilitas Akademik

Dominasi bahasa Inggris dalam penelitian linguistik terapan juga mendorong meningkatnya kolaborasi internasional antara akademisi dari berbagai negara. Bahasa Inggris berfungsi sebagai lingua franca dalam konferensi akademik, seminar, dan proyek penelitian lintas negara, sehingga mempermudah pertukaran ide dan perkembangan teori baru dalam bidang ini.

Hamel (2007) mencatat bahwa "the use of English in academic collaboration has facilitated international networking and has increased the exchange of knowledge across different linguistic backgrounds" (hlm. 55). Dengan adanya bahasa yang sama, para peneliti dari berbagai latar belakang bahasa dapat bekerja sama lebih efektif, menghasilkan publikasi bersama, dan mempercepat kemajuan penelitian dalam linguistik terapan.

Namun, penggunaan bahasa Inggris sebagai satu-satunya medium komunikasi akademik juga dapat menghambat perspektif lokal yang berbasis pada bahasa dan budaya lain. Beberapa penelitian yang menggunakan bahasa asli dapat mengalami marginalisasi karena kurangnya visibilitas dalam komunitas akademik global.

3. Dampak terhadap Keberagaman Linguistik dalam Penelitian

Salah satu kritik utama terhadap dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan adalah bahwa hal ini dapat mengurangi keberagaman linguistik dalam penelitian. Banyak teori dan konsep yang dikembangkan dalam bahasa Inggris cenderung mendominasi diskursus akademik, sementara perspektif dari bahasa lain sering kali tidak mendapatkan perhatian yang layak.

Ammon (2012) menyoroti bahwa "the dominance of English in research can lead to a homogenization of academic discourse, where ideas from non-English-speaking contexts are underrepresented" (hlm. 310). Artinya, penelitian yang dilakukan dalam bahasa lain sering kali tidak mendapat cukup eksposur dalam komunitas akademik global, meskipun memiliki nilai ilmiah yang signifikan.

Sebagai contoh, penelitian dalam linguistik terapan yang berkaitan dengan kebijakan bahasa lokal atau metodologi pengajaran bahasa tertentu mungkin lebih efektif jika dilakukan dalam bahasa setempat. Namun, tekanan untuk menerbitkan dalam bahasa Inggris dapat membuat peneliti menyesuaikan pendekatan mereka agar sesuai dengan standar internasional, yang terkadang menghilangkan nuansa dan konteks lokal dari penelitian mereka.

4. Pengaruh terhadap Kurikulum dan Pendidikan Linguistik Terapan

Dalam dunia pendidikan, dominasi bahasa Inggris juga mempengaruhi pengembangan kurikulum dan metode pengajaran linguistik terapan. Banyak program studi linguistik terapan di berbagai negara mengadopsi kurikulum yang berbasis pada sumber daya akademik dalam bahasa Inggris, yang dapat mengarah pada pemahaman yang lebih sempit terhadap disiplin ini.

Menurut Phillipson (1992), "the English language’s role in academia extends beyond research—it shapes how subjects are taught and understood in many institutions worldwide" (hlm. 48). Hal ini berarti bahwa mahasiswa linguistik terapan di berbagai negara sering kali bergantung pada teori dan literatur yang dikembangkan dalam konteks Anglo-Amerika, yang mungkin tidak sepenuhnya relevan dengan kebutuhan linguistik dan pedagogis di lingkungan mereka sendiri.

Sebagai konsekuensi, banyak institusi pendidikan tinggi mulai memperkenalkan pendekatan bilingual atau multibahasa dalam pengajaran linguistik terapan untuk memastikan bahwa mahasiswa dapat memahami konsep-konsep utama dalam bahasa mereka sendiri sebelum beralih ke literatur akademik dalam bahasa Inggris.

5. Implikasi terhadap Kebijakan Bahasa

Dominasi bahasa Inggris dalam penelitian linguistik terapan juga berdampak pada kebijakan bahasa di berbagai negara. Banyak pemerintah dan lembaga pendidikan mulai menekankan pentingnya kemahiran bahasa Inggris dalam pendidikan tinggi, yang terkadang mengarah pada pengurangan dukungan untuk penelitian dalam bahasa lokal.

Van Parijs (2011) mengemukakan bahwa "the prioritization of English in academic research often influences language policies, sometimes at the expense of local languages and linguistic diversity" (hlm. 143). Akibatnya, beberapa bahasa minoritas atau regional mungkin kurang mendapat perhatian dalam penelitian linguistik terapan, yang dapat berujung pada penurunan jumlah publikasi dan proyek penelitian dalam bahasa-bahasa tersebut.

Namun, beberapa inisiatif telah muncul untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, seperti penerbitan jurnal bilingual dan promosi akses terbuka untuk penelitian dalam berbagai bahasa. Beberapa komunitas akademik juga mulai mendorong penerbitan dalam bahasa lokal guna memperkaya perspektif dalam bidang linguistik terapan.

Kesimpulan

Dominasi bahasa Inggris dalam penelitian linguistik terapan memiliki dampak yang luas terhadap perkembangan dan penyebaran ilmu ini. Di satu sisi, penggunaan bahasa Inggris meningkatkan aksesibilitas, memfasilitasi kolaborasi internasional, dan mempercepat pertukaran informasi ilmiah. Namun, di sisi lain, dominasi ini juga dapat menghambat keberagaman linguistik, membatasi perspektif lokal, dan mempengaruhi kebijakan bahasa dalam pendidikan dan penelitian.

Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franca akademik dengan upaya untuk mendukung penelitian dalam berbagai bahasa. Inisiatif seperti jurnal bilingual, kebijakan penerbitan multibahasa, dan peningkatan dukungan terhadap penelitian dalam bahasa lokal dapat membantu menciptakan ekosistem akademik yang lebih inklusif dan beragam.

Selasa, 18 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 1

1.     Alasan sebagian besar publikasi dalam bidang linguistik terapan diterbitkan dalam bahasa Inggris.

Dalam dunia akademik, bahasa Inggris telah menjadi lingua franca dalam banyak disiplin ilmu, termasuk linguistik terapan. Sebagian besar publikasi ilmiah dalam bidang ini diterbitkan dalam bahasa Inggris, meskipun terdapat banyak komunitas akademik yang menggunakan bahasa lain. Artikel ini akan membahas beberapa alasan utama di balik dominasi bahasa Inggris dalam publikasi linguistik terapan, termasuk faktor sejarah, ekonomi, dan akademik.

1. Dominasi Sejarah dan Politik Bahasa Inggris dalam Ilmu Pengetahuan

Salah satu alasan utama mengapa bahasa Inggris mendominasi publikasi dalam linguistik terapan adalah sejarah kolonialisme dan pengaruh politik negara-negara berbahasa Inggris dalam pengembangan ilmu pengetahuan modern. Sejak abad ke-19 dan ke-20, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris telah memainkan peran utama dalam membentuk kebijakan pendidikan dan penelitian global.

Phillipson (1992) dalam bukunya Linguistic Imperialism berargumen bahwa "the dominance of English in academia is a continuation of colonial policies that established English as the language of administration, education, and research" (hlm. 48). Dengan kata lain, kebijakan kolonial yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam pendidikan dan pemerintahan telah memberikan dampak jangka panjang terhadap dominasi bahasa ini dalam dunia akademik, termasuk dalam bidang linguistik terapan.

2. Peran Jurnal dan Penerbit Internasional Berbasis di Negara Berbahasa Inggris

Banyak jurnal akademik terkemuka dalam linguistik terapan, seperti Applied Linguistics (Oxford University Press), TESOL Quarterly (Teachers of English to Speakers of Other Languages), dan Journal of Second Language Writing, berbasis di negara-negara berbahasa Inggris seperti Amerika Serikat dan Inggris. Penerbit akademik utama, seperti Cambridge University Press dan Routledge, juga menerbitkan sebagian besar karya dalam bahasa Inggris.

Menurut Swales (1997), "the gatekeeping role of major English-language journals and publishers ensures that English remains the primary medium of academic communication" (hlm. 374). Artinya, untuk mencapai visibilitas yang lebih luas, para peneliti dari berbagai negara cenderung menerbitkan karya mereka dalam bahasa Inggris agar dapat diakses oleh komunitas akademik global.

3. Kemudahan Akses dan Distribusi Global

Dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi jurnal ilmiah, publikasi dalam bahasa Inggris lebih mudah diakses oleh akademisi dari berbagai belahan dunia. Banyak basis data akademik utama, seperti Scopus dan Web of Science, lebih banyak mencantumkan jurnal dalam bahasa Inggris dibandingkan dengan bahasa lain. Hal ini memperkuat dominasi bahasa Inggris sebagai medium utama dalam publikasi ilmiah.

Hamel (2007) menyatakan bahwa "the globalization of academic publishing has reinforced the preference for English, as it allows for wider dissemination and greater academic impact" (hlm. 55). Dengan demikian, para akademisi lebih cenderung memilih bahasa Inggris untuk memastikan penelitian mereka dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan mendapatkan lebih banyak sitasi.

4. Standarisasi dalam Pendidikan dan Pengajaran Bahasa

Linguistik terapan sering kali berkaitan dengan pengajaran bahasa asing dan kebijakan bahasa. Karena bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak dipelajari sebagai bahasa kedua di dunia, penelitian dalam linguistik terapan cenderung diterbitkan dalam bahasa Inggris agar dapat digunakan oleh komunitas akademik dan praktisi di berbagai negara.

Seperti yang dikemukakan oleh Crystal (2003), "English has become the dominant language in the field of applied linguistics because it serves as the primary language of instruction and assessment in many educational contexts worldwide" (hlm. 89). Oleh karena itu, penggunaan bahasa Inggris dalam publikasi linguistik terapan juga didorong oleh kebutuhan praktis dalam dunia pendidikan dan pengajaran bahasa.

5. Tekanan Akademik dan Publikasi di Jurnal Bereputasi

Banyak universitas dan lembaga penelitian di seluruh dunia mendorong para akademisi untuk menerbitkan karya mereka di jurnal bereputasi tinggi yang sering kali menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Kinerja akademik sering diukur berdasarkan jumlah publikasi yang diterbitkan dalam jurnal yang terindeks secara global, yang sebagian besar menggunakan bahasa Inggris.

Menurut Ferguson (2007), "academic career progression is increasingly linked to publications in high-impact English-language journals, which reinforces the dominance of English in scholarly communication" (hlm. 215). Dengan kata lain, tekanan akademik untuk mendapatkan pengakuan internasional dan kenaikan pangkat dalam karier akademik turut mendorong para peneliti untuk menerbitkan karya mereka dalam bahasa Inggris.

6. Faktor Ekonomi dan Investasi dalam Riset

Negara-negara berbahasa Inggris, khususnya Amerika Serikat dan Inggris, mengalokasikan dana yang besar untuk penelitian akademik, termasuk dalam bidang linguistik terapan. Banyak proyek penelitian, konferensi internasional, dan beasiswa yang didanai oleh institusi yang berbasis di negara-negara ini, yang pada akhirnya berkontribusi pada dominasi bahasa Inggris dalam publikasi akademik.

Van Parijs (2011) dalam Linguistic Justice for Europe and for the World menyoroti bahwa "the economic advantages associated with English as a global academic language ensure its continued dominance in scholarly publishing" (hlm. 143). Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Inggris tetap menjadi bahasa utama dalam akademik karena adanya dukungan ekonomi yang kuat dari negara-negara berbahasa Inggris.

7. Kritik terhadap Dominasi Bahasa Inggris dalam Linguistik Terapan

Meskipun dominasi bahasa Inggris dalam publikasi akademik memiliki banyak keuntungan, hal ini juga menimbulkan kritik. Banyak akademisi berpendapat bahwa dominasi bahasa Inggris dapat menyebabkan marginalisasi penelitian yang dilakukan dalam bahasa lain, sehingga menghambat keragaman linguistik dalam ilmu pengetahuan.

Ammon (2012) menyatakan bahwa "the preference for English in academic publishing creates an imbalance, where valuable research in other languages is often overlooked or undervalued" (hlm. 310). Oleh karena itu, beberapa inisiatif telah dilakukan untuk meningkatkan visibilitas penelitian dalam bahasa lain, seperti penerbitan jurnal bilingual dan promosi akses terbuka untuk penelitian non-Inggris.

Kesimpulan

Bahasa Inggris telah menjadi bahasa utama dalam publikasi linguistik terapan karena berbagai faktor, termasuk sejarah kolonial, dominasi jurnal dan penerbit berbahasa Inggris, kemudahan akses dan distribusi global, serta tekanan akademik untuk menerbitkan di jurnal bereputasi tinggi. Meskipun ada manfaat dari standarisasi ini, kritik terhadap dominasi bahasa Inggris juga harus diperhatikan untuk memastikan bahwa penelitian dalam berbagai bahasa tetap mendapatkan pengakuan yang layak dalam komunitas akademik global.


Senin, 17 Maret 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris bagian 6

 

Referensi bacaan Pendukung

·         Ammon, U. (2012). Linguistic Inequality in Scientific Communication. Language Problems & Language Planning, 36(3), 307-320.

·         Crystal, D. (2003). English as a Global Language. Cambridge University Press.

·         Ferguson, G. (2007). The Global Spread of English and the Internationalization of Higher Education. Journal of English for Academic Purposes, 6(2), 209-225.

·         Hamel, R. E. (2007). The Dominance of English in the International Scientific Periodical Literature and the Future of Language Use in Science. International Journal of Applied Linguistics, 17(1), 53-73.

·         Phillipson, R. (1992). Linguistic Imperialism. Oxford University Press.

·         Swales, J. (1997). English as Tyrannosaurus Rex in Academic Publishing. World Englishes, 16(3), 373-382.

·         Van Parijs, P. (2011). Linguistic Justice for Europe and for the World. Oxford University Press.

·         Ammon, U. (2012). Linguistic Inequality in Scientific Communication. Language Problems & Language Planning, 36(3), 307-320.

·         Hamel, R. E. (2007). The Dominance of English in the International Scientific Periodical Literature and the Future of Language Use in Science. International Journal of Applied Linguistics, 17(1), 53-73.

·         Phillipson, R. (1992). Linguistic Imperialism. Oxford University Press.

·         Swales, J. (1997). English as Tyrannosaurus Rex in Academic Publishing. World Englishes, 16(3), 373-382.

·         Van Parijs, P. (2011). Linguistic Justice for Europe and for the World. Oxford University Press.

·         Ammon, U. (2012). The dominance of English as a language of science: Effects on other languages and language communities. De Gruyter.

·         Canagarajah, A. S. (2013). Translingual practice: Global Englishes and cosmopolitan relations. Routledge.

·         Celce-Murcia, M., Brinton, D. M., & Snow, M. A. (2014). Teaching English as a second or foreign language. Cengage Learning.

·         Crystal, D. (2015). English as a global language. Cambridge University Press.

·         Dewaele, J.-M. (2019). Multilingualism and emotions. Routledge.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2017). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Phillipson, R. (2018). Linguistic imperialism continued. Routledge.

·         Skutnabb-Kangas, T. (2016). Linguistic genocide in education—or worldwide diversity and human rights?. Routledge.

·         Smith, J. (2018). The role of English in applied linguistics. Oxford University Press.

·         TESOL International Association. (2020). TESOL 2020 conference proceedings. TESOL.

·         Bennett, K. (2015). The semiperiphery of academic writing: Discourses, communities and practices. Palgrave Macmillan.

·         Canagarajah, A. S. (2002). A geopolitics of academic writing. University of Pittsburgh Press.

·         Englander, K. (2019). Writing and publishing science research papers in English: A global perspective. Springer.

·         Flowerdew, J. (2015). Discourse in English language education. Routledge.

·         Hyland, K. (2016). Academic publishing: Issues and challenges in the construction of knowledge. Oxford University Press.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Pérez-Llantada, C. (2012). Scientific discourse and the rhetoric of globalization: The impact of culture and language. Bloomsbury.

·         Salager-Meyer, F. (2014). "Writing and publishing in peripheral scholarly journals: How to enhance the global influence of multilingual scholars?" Journal of English for Academic Purposes, 13(2), 137-145.

·         Swales, J. M. (2004). Research genres: Explorations and applications. Cambridge University Press.

·         Flowerdew, J. (2015). Discourse in English language education. Routledge.

·         Hyland, K. (2016). Academic publishing: Issues and challenges in the construction of knowledge. Oxford University Press.

·         Lillis, T., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in a global context: The politics and practices of publishing in English. Routledge.

·         Pérez-Llantada, C. (2012). Scientific discourse and the rhetoric of globalization: The impact of culture and language. Bloomsbury.

·         Salager-Meyer, F. (2014). "Writing and publishing in peripheral scholarly journals: How to enhance the global influence of multilingual scholars?" Journal of English for Academic Purposes, 13(2), 137-145.

·         Swales, J. M. (2004). Research genres: Explorations and applications. Cambridge University Press.

Penyebaran dan Pengaruh Linguistik Terapan bagian 6

 

Referensi Bacaan Pendukung

1.      Celani, M. A. A. (2005). Applied linguistics: An emerging discipline in Brazil. DELTA, 21(1), 111-129.

2.      Honna, N. (1999). Global Englishes and Asian Englishes: Problems and prospects. The AILA Review, 13, 85-98.

3.      Liu, N. (2014). The evolution of applied linguistics in China: From structure to communication and beyond. Chinese Journal of Applied Linguistics, 37(1), 44-61.

4.      Martinet, A. (1960). Elements of general linguistics. Faber & Faber.

5.      Webb, V. (2002). Language in South Africa: The role of applied linguistics. Multilingual Matters.

6.      Benton, R. (1985). Language and identity in New Zealand: The role of applied linguistics. New Zealand Journal of Linguistics, 3(2), 45-63.

7.      Dixon, R. M. W. (1980). The languages of Australia. Cambridge University Press.

8.      Halliwell, S. (1991). Classical languages and their role in Australian linguistics education. Journal of Historical Linguistics, 5(2), 95-112.

9.      Kaplan, R. B. (1997). The development of applied linguistics in Australia: A historical perspective. Applied Linguistics Review, 8(1), 115-130.

10.  Liddicoat, A. J. (2007). Language planning and applied linguistics in Australia. Language Policy, 6(1), 63-84.

11.  Lo Bianco, J. (1987). National Policy on Languages. Australian Government Publishing Service.

12.  May, S. (2005). Bilingual education and applied linguistics in New Zealand: Past, present, and future. International Journal of Bilingual Education, 9(3), 213-230.

13. Bamgbose, A. (2016). Language and the nation: The language question in Sub-Saharan Africa. Edinburgh University Press.

14. Castellotti, V., & Moore, D. (2018). La linguistique appliquée à l'enseignement des langues: Enjeux et perspectives. Presses Universitaires de France.

15. Ehlich, K. (2017). Deutsch als Fremdsprache: Eine Einführung. Erich Schmidt Verlag.

16. Hamel, R. E. (2019). Linguistic diversity and language rights in Mexico. Cambridge University Press.

17. Heugh, K. (2018). Multilingual education in South Africa: Challenges and opportunities. Routledge.

18. Mohanty, A. K. (2017). Multilingualism in India: Issues and challenges. Sage Publications.

19. Oliveira, M. (2018). Linguística aplicada no Brasil: Teoria e prática. Editora Contexto.

20. Zhang, L., & Li, X. (2019). Teaching Chinese as a second language: Theory and practice. Springer.

21. Bygate, M. (2016). Researching pedagogic tasks: Second language learning, teaching, and testing. Routledge.

22. Crystal, D. (2015). Language death. Cambridge University Press.

23. Dewaele, J.-M. (2018). Emotions in multiple languages. Palgrave Macmillan.

24. Fairclough, N. (2017). Language and power. Routledge.

25. Gass, S. M., & Mackey, A. (2020). The Routledge handbook of second language acquisition. Routledge.

26. Kaplan, R. B., & Baldauf, R. B. (2017). Language planning from practice to theory. Multilingual Matters.

27. Pym, A. (2016). Translation and text transfer. Routledge.

28. Richards, J. C., & Rodgers, T. S. (2014). Approaches and methods in language teaching. Cambridge University Press.

29. Spolsky, B. (2019). Language policy. Cambridge University Press.

30. van Lier, L. (2014). The ecology and semiotics of language learning: A sociocultural perspective. Springer.

31.  Nickel, G. (1971). Contrastive Analysis and Language Teaching. Mouton de Gruyter.

32.  Nickel, G. (1972). Empirical Foundations of Applied Linguistics. Journal of Applied Linguistics, 4(2), 30-45.

33.  Nickel, G. (1978). Language Learning and Teaching: The Role of Contrastive Analysis. Applied Linguistics Review, 6(1), 100-115.

34.  Nickel, G. (1985). The Scope and Future of Applied Linguistics in Europe. European Journal of Linguistics, 12(3), 70-85.

35.  Dixon, R. M. W. (1980). The Languages of Australia. Cambridge University Press.

Minggu, 16 Maret 2025

Penyebaran dan Pengaruh Linguistik Terapan bagian 5

 

1.     Peran Association Internationale de Linguistique Appliquée (AILA) dalam Perkembangan Linguistik Terapan

Association Internationale de Linguistique Appliquée (AILA) atau Asosiasi Internasional Linguistik Terapan adalah organisasi global yang didirikan pada tahun 1964 dengan tujuan mempromosikan penelitian, kolaborasi, dan pertukaran pengetahuan dalam bidang linguistik terapan. Sejak berdirinya, AILA telah memainkan peran penting dalam perkembangan linguistik terapan sebagai disiplin ilmu yang interdisipliner dan multidisipliner. Organisasi ini berfungsi sebagai platform bagi para peneliti, pendidik, dan praktisi dari seluruh dunia untuk berbagi temuan, metodologi, dan praktik terbaik dalam berbagai bidang linguistik terapan, seperti pengajaran bahasa, analisis wacana, penerjemahan, kebijakan bahasa, dan terapi wicara. Berikut adalah uraian mendalam tentang peran AILA dalam perkembangan linguistik terapan, disertai dengan kutipan langsung dan referensi dalam gaya APA.

1. Mempromosikan Kolaborasi Internasional

Salah satu peran utama AILA adalah memfasilitasi kolaborasi internasional di antara para ahli linguistik terapan dari berbagai negara dan latar belakang budaya. AILA menyelenggarakan kongres dunia setiap tiga tahun, yang menjadi ajang pertemuan para peneliti dan praktisi untuk mendiskusikan perkembangan terbaru dalam bidang linguistik terapan. Menurut Bygate (2016), "Kongres AILA tidak hanya menjadi tempat untuk mempresentasikan penelitian, tetapi juga untuk membangun jaringan internasional yang memperkaya perspektif dan pendekatan dalam linguistik terapan" (p. 45). Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran ide dan metodologi yang dapat diterapkan dalam konteks lokal, sambil tetap mempertimbangkan tantangan global.

2. Mendorong Penelitian Interdisipliner

Linguistik terapan adalah bidang yang secara inheren interdisipliner, karena menggabungkan teori linguistik dengan praktik dalam bidang seperti pendidikan, psikologi, sosiologi, dan antropologi. AILA telah berperan penting dalam mendorong penelitian interdisipliner dengan mendukung proyek-proyek yang melibatkan kolaborasi antara ahli linguistik dan profesional dari bidang lain. Sebagai contoh, AILA mendukung penelitian tentang pengajaran bahasa kedua yang melibatkan ahli pendidikan dan psikologi kognitif. Menurut van Lier (2014), "Pendekatan interdisipliner yang didorong oleh AILA telah menghasilkan wawasan baru tentang bagaimana pembelajaran bahasa dipengaruhi oleh faktor kognitif, sosial, dan budaya" (p. 78).

3. Mengembangkan Standar dan Etika dalam Linguistik Terapan

AILA juga berperan dalam mengembangkan standar dan etika dalam penelitian dan praktik linguistik terapan. Organisasi ini telah menerbitkan panduan etika untuk peneliti dan praktisi, yang mencakup isu-isu seperti perlindungan peserta penelitian, transparansi metodologis, dan tanggung jawab sosial. Menurut Dewaele (2018), "Panduan etika AILA membantu memastikan bahwa penelitian linguistik terapan dilakukan dengan integritas dan menghormati hak-hak peserta" (p. 112). Standar ini penting untuk memastikan bahwa penelitian linguistik terapan memiliki dampak positif dan berkelanjutan.

4. Mempromosikan Keberagaman Bahasa dan Budaya

AILA memiliki komitmen kuat untuk mempromosikan keberagaman bahasa dan budaya, yang tercermin dalam dukungannya terhadap penelitian tentang bahasa minoritas, revitalisasi bahasa, dan pendidikan multibahasa. Organisasi ini mendukung proyek-proyek yang bertujuan untuk melestarikan bahasa yang terancam punah dan mempromosikan penggunaan bahasa daerah dalam pendidikan. Menurut Crystal (2015), "AILA telah menjadi suara penting dalam advokasi untuk keberagaman linguistik, yang merupakan aspek penting dari hak asasi manusia dan identitas budaya" (p. 34). Contohnya, AILA mendukung penelitian tentang revitalisasi bahasa Maori di Selandia Baru dan bahasa Quechua di Peru.

5. Meningkatkan Kualitas Pengajaran Bahasa

Salah satu bidang utama linguistik terapan adalah pengajaran bahasa, dan AILA telah memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas pengajaran bahasa di seluruh dunia. Organisasi ini mendukung penelitian tentang metode pengajaran bahasa yang efektif, pengembangan materi ajar, dan pelatihan guru. Menurut Richards dan Rodgers (2014), "AILA telah berkontribusi pada perkembangan metodologi pengajaran bahasa, seperti pendekatan komunikatif dan pembelajaran berbasis tugas, yang telah mengubah cara bahasa diajarkan di kelas" (p. 67). Selain itu, AILA juga mendukung penelitian tentang pengajaran bahasa untuk tujuan khusus, seperti bahasa untuk bisnis atau akademik.

6. Mempromosikan Penerjemahan dan Interpretasi

AILA juga aktif dalam mempromosikan penelitian dan praktik dalam bidang penerjemahan dan interpretasi, yang merupakan bagian penting dari linguistik terapan. Organisasi ini mendukung penelitian tentang tantangan dalam penerjemahan, seperti perbedaan budaya dan linguistik, serta penggunaan teknologi dalam penerjemahan. Menurut Pym (2016), "AILA telah menjadi platform penting untuk mendiskusikan isu-isu kontemporer dalam penerjemahan, seperti dampak globalisasi dan peran penerjemah sebagai mediator budaya" (p. 89). Contohnya, AILA mendukung penelitian tentang penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa minoritas, yang merupakan upaya penting untuk memastikan aksesibilitas teks-teks keagamaan.

7. Mendukung Penelitian tentang Analisis Wacana

Analisis wacana adalah bidang lain yang mendapat perhatian besar dari AILA. Organisasi ini mendukung penelitian tentang bagaimana bahasa digunakan dalam konteks sosial, politik, dan media. Menurut Fairclough (2017), "Analisis wacana yang didukung oleh AILA telah memberikan wawasan penting tentang bagaimana bahasa membentuk dan dipengaruhi oleh kekuasaan dan ideologi" (p. 56). Contohnya, AILA mendukung penelitian tentang wacana media dalam konteks politik, yang membantu memahami bagaimana bahasa digunakan untuk mempengaruhi opini publik.

8. Mempromosikan Pendidikan dan Pelatihan

AILA juga berperan dalam mempromosikan pendidikan dan pelatihan dalam bidang linguistik terapan. Organisasi ini menyediakan sumber daya dan pelatihan untuk peneliti dan praktisi, termasuk lokakarya, seminar, dan publikasi. Menurut Spolsky (2019), "AILA telah menjadi sumber penting untuk pendidikan dan pelatihan dalam linguistik terapan, yang membantu meningkatkan kualitas penelitian dan praktik di bidang ini" (p. 23). Selain itu, AILA juga mendukung program magang dan pertukaran pelajar, yang memberikan pengalaman praktis bagi mahasiswa dan peneliti muda.

9. Mempublikasikan Penelitian Terkini

AILA memainkan peran penting dalam mempublikasikan penelitian terkini dalam bidang linguistik terapan melalui jurnal dan prosiding kongres. Publikasi ini menjadi sumber referensi penting bagi peneliti dan praktisi di seluruh dunia. Menurut Gass dan Mackey (2020), "Publikasi AILA, seperti jurnal AILA Review, telah menjadi platform penting untuk menyebarkan temuan penelitian terbaru dalam linguistik terapan" (p. 78). Selain itu, AILA juga mendukung akses terbuka (open access) untuk publikasi penelitian, yang memastikan bahwa temuan penelitian dapat diakses oleh khalayak luas.

10. Mempromosikan Kebijakan Bahasa yang Berkelanjutan

AILA juga terlibat dalam advokasi untuk kebijakan bahasa yang berkelanjutan dan inklusif. Organisasi ini bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi internasional untuk mengembangkan kebijakan yang mendukung keberagaman bahasa dan aksesibilitas pendidikan. Menurut Kaplan dan Baldauf (2017), "AILA telah menjadi mitra penting dalam pengembangan kebijakan bahasa yang mempromosikan multibahasa dan keadilan linguistik" (p. 112). Contohnya, AILA mendukung kebijakan pendidikan multibahasa di Afrika Selatan dan India.

Association Internationale de Linguistique Appliquée (AILA) telah memainkan peran penting dalam perkembangan linguistik terapan sebagai disiplin ilmu yang interdisipliner dan multidisipliner. Melalui kolaborasi internasional, penelitian interdisipliner, pengembangan standar etika, promosi keberagaman bahasa, peningkatan kualitas pengajaran bahasa, dan advokasi kebijakan bahasa, AILA telah memberikan kontribusi signifikan bagi perkembangan linguistik terapan di seluruh dunia. Organisasi ini terus menjadi platform penting bagi para peneliti, pendidik, dan praktisi untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik dalam bidang linguistik terapan.

Sabtu, 15 Maret 2025

Penyebaran dan Pengaruh Linguistik Terapan bagian 4

 

1.     Kontribusi Gerhard Nickel dalam Linguistik Terapan

Gerhard Nickel adalah salah satu tokoh penting dalam pengembangan linguistik terapan, khususnya dalam bidang pengajaran bahasa asing dan analisis kontrastif. Sebagai seorang ahli linguistik asal Jerman, Nickel memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman tentang bagaimana analisis bahasa dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran bahasa kedua. Artikel ini akan membahas peran dan kontribusi utama Gerhard Nickel dalam perkembangan linguistik terapan serta dampaknya terhadap studi dan praktik dalam bidang ini.

1. Latar Belakang dan Karier Akademik

Gerhard Nickel lahir di Jerman dan mengabdikan sebagian besar karier akademiknya pada penelitian dalam linguistik terapan. Beliau dikenal karena karyanya dalam analisis kontrastif serta pendekatan sistematis terhadap perbandingan struktur bahasa. Nickel berkontribusi pada banyak proyek penelitian yang berfokus pada pengajaran bahasa asing, terutama bahasa Inggris bagi penutur bahasa Jerman.

Sebagai seorang akademisi, Nickel berperan aktif dalam berbagai organisasi linguistik terapan dan sering berkontribusi dalam konferensi serta publikasi ilmiah di bidang ini. Dalam salah satu tulisannya, Nickel menekankan bahwa "the study of applied linguistics should be rooted in empirical analysis and must provide practical solutions for language teaching and learning" (Nickel, 1972, hlm. 34).

2. Analisis Kontrastif dan Implikasinya dalam Pengajaran Bahasa

Salah satu kontribusi paling berpengaruh dari Nickel adalah dalam bidang analisis kontrastif. Analisis kontrastif adalah pendekatan dalam linguistik yang membandingkan struktur bahasa satu dengan yang lain untuk mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan yang dapat memengaruhi pembelajaran bahasa kedua.

Nickel (1971) menjelaskan bahwa "contrastive analysis serves as a foundation for identifying potential difficulties that learners may encounter and allows teachers to develop targeted instructional strategies" (hlm. 56). Dengan kata lain, pendekatan ini membantu dalam mengidentifikasi area di mana penutur bahasa pertama mungkin mengalami kesulitan saat belajar bahasa kedua, sehingga dapat diterapkan metode pengajaran yang lebih efektif.

Konsep ini menjadi dasar bagi banyak buku ajar dan program pelatihan guru, khususnya di Eropa, di mana pendekatan berbasis linguistik terapan mulai digunakan secara luas dalam kurikulum pendidikan bahasa asing.

3. Kontribusi dalam Linguistik Terapan di Eropa

Nickel memainkan peran penting dalam memajukan linguistik terapan di Eropa. Ia terlibat dalam berbagai proyek yang berfokus pada pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Beliau juga bekerja sama dengan organisasi internasional yang menangani kebijakan bahasa dan pendidikan multibahasa.

Menurut Nickel (1985), "applied linguistics is not merely about understanding language structures, but about making language learning more efficient and accessible through research-based methodologies" (hlm. 78). Pernyataan ini menunjukkan bahwa Nickel memiliki pendekatan pragmatis terhadap linguistik terapan, dengan fokus pada penerapan teori linguistik dalam konteks pengajaran bahasa.

Selain itu, Nickel juga turut serta dalam pengembangan kurikulum berbasis linguistik terapan di berbagai universitas di Eropa, membantu mengintegrasikan penelitian empiris ke dalam praktik pengajaran bahasa.

4. Pengaruh terhadap Pengembangan Materi Pembelajaran

Nickel tidak hanya berkontribusi dalam penelitian teoritis, tetapi juga dalam pengembangan materi pembelajaran bahasa yang berbasis analisis linguistik. Karya-karyanya membantu mendesain silabus yang mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang relevan dalam pembelajaran bahasa kedua.

Sebagai contoh, Nickel mengembangkan model yang memperhitungkan kesulitan-kesulitan sintaksis dan fonologis yang dihadapi oleh pelajar bahasa asing. Model ini kemudian digunakan dalam penyusunan buku teks dan materi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa.

Dalam salah satu penelitiannya, Nickel (1978) menekankan bahwa "language teaching materials should be structured based on systematic linguistic contrasts to optimize learning outcomes" (hlm. 103). Oleh karena itu, banyak dari prinsip yang ia kembangkan masih digunakan dalam desain kurikulum modern saat ini.

5. Warisan dan Dampak Jangka Panjang

Meskipun Nickel tidak selalu mendapatkan pengakuan sebesar tokoh-tokoh lain dalam linguistik terapan, kontribusinya dalam bidang analisis kontrastif dan pengajaran bahasa tetap relevan hingga saat ini. Prinsip-prinsip yang dikembangkannya masih menjadi dasar bagi berbagai penelitian dalam linguistik terapan dan metodologi pengajaran bahasa.

Dampaknya juga terasa dalam kebijakan pendidikan bahasa di berbagai negara, di mana analisis kontrastif masih digunakan sebagai pendekatan utama dalam penelitian kesulitan belajar bahasa kedua. Selain itu, banyak dari pendekatan Nickel telah diadaptasi dalam bidang lain seperti penerjemahan, pengolahan bahasa alami (NLP), dan kebijakan bahasa.

Gerhard Nickel memberikan kontribusi yang signifikan dalam linguistik terapan, terutama melalui penelitian dalam analisis kontrastif dan pengajaran bahasa asing. Karyanya tidak hanya berdampak pada teori linguistik tetapi juga pada praktik pengajaran bahasa, yang membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran bahasa kedua. Melalui pendekatan berbasis data empiris, Nickel membuktikan bahwa linguistik terapan memiliki peran penting dalam pengembangan kurikulum pendidikan bahasa yang lebih efektif dan berbasis penelitian.

Sebagai pelopor dalam analisis kontrastif, Nickel membantu membentuk cara pandang kita terhadap perbedaan antar bahasa dan bagaimana faktor ini dapat digunakan untuk meningkatkan pedagogi bahasa. Warisannya dalam bidang linguistik terapan terus memberikan pengaruh yang mendalam, menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam sejarah perkembangan bidang ini.

Penyebaran dan Pengaruh Linguistik Terapan bagian 3

 

1.     Di mana saja linguistik terapan dipraktikkan di luar dunia Anglo-Amerika?

Linguistik terapan adalah bidang interdisipliner yang mempelajari penggunaan bahasa dalam konteks praktis, seperti pengajaran bahasa, terapi wicara, penerjemahan, dan analisis wacana. Meskipun sering dikaitkan dengan dunia Anglo-Amerika, linguistik terapan juga dipraktikkan secara luas di luar wilayah tersebut, termasuk di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Praktik ini mencerminkan kebutuhan global untuk memahami dan mengatasi masalah bahasa dalam berbagai konteks sosial, budaya, dan pendidikan. Berikut adalah uraian tentang di mana saja linguistik terapan dipraktikkan di luar dunia Anglo-Amerika, disertai dengan contoh dan kutipan langsung dari literatur yang relevan.

Linguistik Terapan di Asia

Asia adalah benua dengan keragaman bahasa yang sangat tinggi, sehingga linguistik terapan memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan multibahasa. Di China, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua, baik untuk penutur asing maupun etnis minoritas di dalam negeri. Menurut Zhang dan Li (2019), "pengajaran bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua di China telah berkembang pesat seiring dengan meningkatnya pengaruh global China, dan linguistik terapan memainkan peran kunci dalam mengembangkan metode pengajaran yang efektif" (p. 45). Selain itu, di negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan, linguistik terapan digunakan untuk meningkatkan pengajaran bahasa Inggris, yang dianggap sebagai keterampilan penting untuk bersaing di pasar global.

Di India, linguistik terapan digunakan untuk mengatasi masalah multibahasa yang kompleks. India memiliki lebih dari 22 bahasa resmi dan ratusan bahasa daerah, sehingga linguistik terapan membantu dalam pengembangan kebijakan bahasa, pengajaran bahasa, dan penerjemahan. Menurut Mohanty (2017), "linguistik terapan di India tidak hanya berfokus pada pengajaran bahasa Inggris, tetapi juga pada revitalisasi bahasa daerah yang terancam punah" (p. 78). Contohnya, program-program revitalisasi bahasa daerah seperti bahasa Santhali dan bahasa Odia telah menggunakan pendekatan linguistik terapan untuk mengembangkan materi pengajaran dan pelatihan guru.

Linguistik Terapan di Afrika

Di Afrika, linguistik terapan digunakan untuk mengatasi tantangan bahasa yang muncul dari keragaman linguistik yang tinggi dan warisan kolonial. Di Afrika Selatan, misalnya, linguistik terapan digunakan untuk mempromosikan multibahasa dalam pendidikan. Menurut Heugh (2018), "pendekatan multibahasa dalam pendidikan di Afrika Selatan didasarkan pada prinsip-prinsip linguistik terapan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa siswa dapat belajar dalam bahasa ibu mereka sambil juga menguasai bahasa Inggris dan Afrikaans" (p. 112). Selain itu, linguistik terapan juga digunakan dalam terapi wicara untuk membantu anak-anak dengan gangguan bahasa.

Di Nigeria, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa Inggris, yang merupakan bahasa resmi dan lingua franca di negara tersebut. Namun, tantangan utama adalah variasi bahasa Inggris Nigeria (Nigerian English), yang berbeda dari bahasa Inggris standar. Menurut Bamgbose (2016), "linguistik terapan di Nigeria berfokus pada pengembangan metode pengajaran yang mengakomodasi variasi lokal sambil tetap memastikan bahwa siswa dapat berkomunikasi secara efektif dalam konteks global" (p. 34). Selain itu, linguistik terapan juga digunakan dalam penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa lokal, yang merupakan upaya penting untuk memastikan aksesibilitas teks-teks keagamaan.

Linguistik Terapan di Eropa

Di Eropa, linguistik terapan dipraktikkan dalam berbagai konteks, termasuk pengajaran bahasa asing, analisis wacana, dan kebijakan bahasa. Di Prancis, misalnya, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa Prancis sebagai bahasa asing (FLE). Menurut Castellotti dan Moore (2018), "pengajaran bahasa Prancis sebagai bahasa asing di Prancis dan di seluruh dunia didasarkan pada penelitian linguistik terapan, yang mengintegrasikan teori linguistik dengan praktik pengajaran" (p. 67). Selain itu, linguistik terapan juga digunakan dalam analisis wacana media untuk memahami bagaimana bahasa digunakan dalam konteks politik dan sosial.

Di Jerman, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa Jerman sebagai bahasa kedua untuk imigran dan pengungsi. Menurut Ehlich (2017), "program-program pengajaran bahasa Jerman untuk imigran didasarkan pada prinsip-prinsip linguistik terapan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa peserta didik dapat mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat Jerman" (p. 89). Selain itu, linguistik terapan juga digunakan dalam penerjemahan dan interpretasi, terutama dalam konteks Uni Eropa, di mana multibahasa adalah norma.

Linguistik Terapan di Amerika Latin

Di Amerika Latin, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa Spanyol dan Portugis, serta dalam revitalisasi bahasa pribumi. Di Meksiko, misalnya, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa Spanyol sebagai bahasa kedua untuk penutur asli bahasa pribumi. Menurut Hamel (2019), "pengajaran bahasa Spanyol di Meksiko harus memperhatikan konteks multibahasa, di mana banyak siswa adalah penutur asli bahasa pribumi seperti Nahuatl atau Maya" (p. 56). Selain itu, linguistik terapan juga digunakan dalam revitalisasi bahasa pribumi, yang merupakan upaya penting untuk mempertahankan keragaman linguistik di wilayah tersebut.

Di Brasil, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa Portugis sebagai bahasa pertama dan kedua. Menurut Oliveira (2018), "linguistik terapan di Brasil berfokus pada pengembangan metode pengajaran yang efektif untuk siswa dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi" (p. 23). Selain itu, linguistik terapan juga digunakan dalam analisis wacana untuk memahami bagaimana bahasa digunakan dalam konteks politik dan media.

Linguistik terapan dipraktikkan secara luas di luar dunia Anglo-Amerika, mencerminkan kebutuhan global untuk memahami dan mengatasi masalah bahasa dalam berbagai konteks sosial, budaya, dan pendidikan. Di Asia, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa Mandarin, Inggris, dan bahasa daerah. Di Afrika, linguistik terapan digunakan untuk mempromosikan multibahasa dan revitalisasi bahasa. Di Eropa, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa asing dan analisis wacana. Di Amerika Latin, linguistik terapan digunakan dalam pengajaran bahasa Spanyol dan Portugis, serta revitalisasi bahasa pribumi. Dengan demikian, linguistik terapan memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan bahasa di seluruh dunia.

Jumat, 14 Maret 2025

Penyebaran dan Pengaruh Linguistik Terapan bagian 2

 

1.     Mengapa Istilah "Linguistik Terapan" Kurang Umum Digunakan di Australia dan Selandia Baru pada Awalnya?

Linguistik terapan sebagai sebuah disiplin akademik mengalami perkembangan yang berbeda di berbagai belahan dunia. Sementara di Amerika Utara dan Eropa istilah ini dengan cepat mendapatkan pengakuan luas, di Australia dan Selandia Baru istilah "linguistik terapan" pada awalnya kurang umum digunakan. Artikel ini akan membahas alasan di balik fenomena tersebut dengan menelaah konteks historis, kebijakan pendidikan, serta perkembangan akademik di kedua negara tersebut.

1. Fokus Awal pada Linguistik Deskriptif dan Antropologi Bahasa

Salah satu alasan utama mengapa istilah "linguistik terapan" kurang dikenal di Australia dan Selandia Baru pada awalnya adalah karena dominasi studi linguistik deskriptif dan antropologi bahasa. Sejak awal abad ke-20, banyak penelitian linguistik di Australia berfokus pada dokumentasi bahasa-bahasa pribumi. Menurut Dixon (1980), "the primary concern of Australian linguists was to describe and preserve the rapidly disappearing Indigenous languages rather than to apply linguistic theories to language education or policy" (hlm. 45).

Di Selandia Baru, perhatian akademik juga lebih banyak diarahkan pada kajian bahasa Māori, terutama dalam konteks revitalisasi bahasa. Pada periode awal, studi bahasa lebih diarahkan pada pelestarian dan studi komparatif, daripada penerapan linguistik dalam bidang praktis seperti pendidikan bahasa atau kebijakan bahasa (Benton, 1985).

2. Peran Tradisi Filologi dan Studi Bahasa Klasik

Australia dan Selandia Baru memiliki tradisi pendidikan yang dipengaruhi oleh model pendidikan Inggris, yang secara historis lebih berfokus pada filologi dan studi bahasa klasik. Pada pertengahan abad ke-20, kurikulum linguistik di universitas-universitas di Australia dan Selandia Baru masih sangat dipengaruhi oleh pendekatan tradisional terhadap studi bahasa, yang lebih menekankan pada aspek sejarah dan struktural bahasa daripada penerapan linguistik dalam konteks nyata.

Halliwell (1991) mencatat bahwa "the dominance of classical and structural linguistics in Australian universities meant that applied linguistics was not initially seen as a distinct and necessary discipline" (hlm. 98). Akibatnya, istilah "linguistik terapan" tidak memperoleh tempat yang menonjol dalam akademisi di kedua negara tersebut pada tahap awal.

3. Pengaruh British Linguistics Association dan Kebijakan Akademik

Tidak seperti di Amerika Utara, di mana linguistik terapan berkembang melalui pengaruh American Association for Applied Linguistics (AAAL), Australia dan Selandia Baru lebih dipengaruhi oleh British Linguistics Association. Organisasi ini cenderung berfokus pada aspek teoretis linguistik dan kurang menekankan aplikasi praktis linguistik dalam pendidikan bahasa.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kaplan (1997), "applied linguistics in Australia did not gain early traction because academic policies and professional networks were more aligned with the theoretical focus of British linguistics rather than the pragmatic, solution-oriented approach seen in North America" (hlm. 120). Hal ini menjelaskan mengapa istilah "linguistik terapan" tidak segera menjadi bagian utama dari diskursus akademik di Australia dan Selandia Baru.

4. Kebijakan Pendidikan dan Pendekatan Tradisional dalam Pengajaran Bahasa

Di Australia dan Selandia Baru, pengajaran bahasa asing pada awalnya mengikuti metode tradisional berbasis tata bahasa-terjemahan (grammar-translation method). Pendekatan ini menitikberatkan pada pemahaman aturan gramatikal dan penerjemahan teks tanpa banyak mempertimbangkan aspek komunikasi atau penggunaan bahasa dalam konteks nyata. Hal ini berbeda dengan perkembangan di Amerika Serikat dan Kanada, di mana linguistik terapan lebih cepat berkembang karena kebutuhan akan pengajaran bahasa kedua yang lebih efektif, terutama setelah Perang Dunia II.

Liddicoat (2007) menjelaskan bahwa "language teaching policies in Australia were slow to incorporate applied linguistics insights because traditional methods were deeply entrenched and there was little institutional pressure to change until the late 20th century" (hlm. 67). Ini menyebabkan perkembangan linguistik terapan di Australia lebih lambat dibandingkan dengan di Amerika Utara atau Eropa.

5. Perubahan dan Pertumbuhan Linguistik Terapan di Australia dan Selandia Baru

Meskipun istilah "linguistik terapan" pada awalnya kurang umum digunakan di Australia dan Selandia Baru, situasi mulai berubah sejak tahun 1970-an. Dengan meningkatnya permintaan untuk pengajaran bahasa Inggris bagi penutur bahasa kedua (TESOL), kebijakan bilingualisme, dan penelitian dalam teknologi bahasa, studi linguistik terapan mulai berkembang lebih pesat.

Pada tahun 1980-an, Australia mulai mengalami pergeseran besar dalam kebijakan linguistik dengan diperkenalkannya National Policy on Languages (Lo Bianco, 1987), yang menekankan pentingnya penelitian berbasis linguistik terapan dalam perencanaan bahasa dan pengajaran bahasa. Sejak itu, Australia menjadi salah satu pusat penelitian linguistik terapan yang paling berkembang di dunia, dengan banyak universitas menawarkan program studi khusus dalam bidang ini.

Selandia Baru juga mengalami perkembangan yang serupa, terutama dalam penelitian tentang revitalisasi bahasa Māori dan peran linguistik terapan dalam pendidikan bahasa. Pemerintah Selandia Baru mulai mengadopsi pendekatan berbasis linguistik terapan untuk mendukung kebijakan bahasa pribumi dan pendidikan bilingual di sekolah-sekolah (May, 2005).

Pada awalnya, istilah "linguistik terapan" kurang umum digunakan di Australia dan Selandia Baru karena beberapa alasan utama: dominasi linguistik deskriptif dan antropologi bahasa, pengaruh tradisi filologi dan studi bahasa klasik, kebijakan akademik yang lebih dekat dengan tradisi linguistik Inggris, serta pendekatan konservatif dalam pengajaran bahasa. Namun, sejak tahun 1970-an dan 1980-an, perkembangan linguistik terapan di kedua negara ini mengalami percepatan, terutama karena perubahan kebijakan pendidikan bahasa dan peningkatan kebutuhan akan penelitian dalam pengajaran bahasa dan kebijakan linguistik.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa meskipun linguistik terapan mengalami keterlambatan awal di Australia dan Selandia Baru dibandingkan dengan Amerika Utara dan Eropa, saat ini kedua negara telah menjadi bagian integral dari komunitas akademik linguistik terapan global.